Berita
terkait persoalan NARKOBA, dari hari ke hari kian menghawatirkan. Media
ibu kota Jakarta, semisal Pos Kota --tertanggal 7 Juni 2010,
mengabarkan bahwa "
data kepolisian mencatat pada 2010 penggunan
narkoba di Jakarta mencapai 800 ribu orang. Dengan rata-rata usia
konsumen 17 hingga 40 tahun."
Di usia Sekolah Menengah
Pertama (SMP) anak mulai menginjak masa remaja. Masa di mana luapan rasa
penasaran untuk mencoba segala hal sedang ada dalam puncak-puncaknya,
juga masa di mana keinginan untuk mendapatkan pengakuan eksistensi dan
penemuan jati dirinya sangatlah besar. Pada masa usia seperti itu, saya
dihadapkan pada situasi teman-teman yang memiliki beragam kepribadian.
Sebagian dari teman-teman yang dekat dengan saya adalah mereka yang
sudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Sebagian dari mereka yang saya
sebutkan itu adalah mereka-mereka yang sudah terlanjur mengalami
kecanduan NARKOBA. Kondisi mereka, di sekolah, seringkali dikucilkan
akibat para guru sering kali menyuruh teman-teman lainnya menjauhi
mereka. Ayah saya juga hampir sama dengan para guru di sekolah, lebih
banyak melarang saya bergaul dengan anak-anak yang akhlaknya jelek.
Meskipun begitu, waktu itu saya memiliki pandangan berbeda dengan
mereka. Saya lebih memahami pesan pokok dari ayah saya adalah tidak
boleh terbawa oleh kebiasaan buruk merekanya, bukan masalah bergaulnya.
Alasan utama kenapa saya tetap dekat dengan mereka, dilantarankan waktu
itu saya memikirkan andaikan tidak ada satu pun orang baik yang mau
mendekati mereka, tentu saja mereka yang jadi korban dari pergaulan
buruk itu akan selamanya bergaul dengan orang-orang buruk (karena orang
baik tidak mau mendekati mereka) dan akan terus menjadi korban sehingga
akhlaknyapun kemungkinan besar tidak bakalan kunjung membaik. Berangkat
dari pemikiran itu pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap bergaul
dengan mereka dengan satu misi, ingin menyelamatkan mereka dari bahaya
NARKOBA. Dan
alhamdulillah, meskipun lingkungan pergaulan saya
lebih banyak dilalui bersama anak-anak pengkonsumsi NARKOBA, saya
selamat dari benda haram penuh kutukan tersebut.
Berangkat dari
pengalaman saya yang sekian tahun bergaul dengan para pemakai dan
pecandu, dengan banyak hujatan, celaan, buruk sangka dan alienasi yang
harus saya hadapi meski saya menjalani pergaulan itu dengan niat baik
dan tidak punya salah apa-apa dalam persoalan yang dialamatkan,
keterselamatan saya dari pengaruh buruk pergaulan bagi saya pribadi
adalah pengalaman berharga penuh hikmah. Saya ingin juga berbagi
pengalaman di sini terkait langkah-langkah yang pernah saya lakukan
hingga saya bisa tidak terpengaruh oleh bahaya pergaulan. Merujuk pada
semua pengalaman pribadi saya sendiri, Ada beberapa langkah yang pernah
saya lakukan. langkah langkah itu diantaranya;
Jika
saudara tidak ingin mengekang pergaulan anak namun tidak mau juga
anaknya jadi korban pergaulan, maka langkah pertama yang harus dilakukan
oleh para orang tua adalah menyadarkan anaknya mengenai peran yang
harus dijalani oleh mereka. Tekankan pada si anak bahwa dalam bergaul
mereka jangan menjadi objek pergaulan, melainkan harus jadi subjek yang
berusaha mewarnai lingkungan pergaulannya menjadi baik, mengajak para
temannya untuk melakukan hal-hal baik bukan menjadi korban ajakan jelek
teman-temannya. Jika para orang tua melihat ketidak mampuan anaknya bisa
menjadi subjek dalam pergaulan maka lebih baik tekankan kepada si anak
untuk tidak coba-coba bergaul dengan mereka yang jelek.
Beri anak peringatan untuk tidak mencoba atau mencicipi NARKOBA
barang sekali atau sedikit pun. Kebanyakan para korban NARKOBA adalah
mereka yang memberanikan diri mencobanya. Bahaya yang pernah mencoba,
meskipun ada juga yang tidak mau mencobanya kembali, biasanya merasa
lebih mudah untuk mengkonsumsinya kembali apabila mendapat suatu
masalah. Kesulitan saya memberhentikan teman-teman yang suka
mengkonsumsi NARKOBA secara 100% adalah diakibatkan dari adanya perasaan
tidak keberatan dalam diri mereka untuk kembali mengkonsumsinya apabila
mereka tengah menghadapi permasalahan hidup.
Jelaskan pada si anak mengenai dampak dan konsekuensi yang akan dihadapi
olehnya apabila mengkonsumsi NARKOBA, baik berupa ajaran dari Agama,
kesehatan, hukum pemerintah, maupun dampak penilaian buruk dari
masyarakat yang tidak hanya akan mencoreng nama baik dirinya tapi juga
nama baik keluarga.
Latar belakang lain selain
akibat dari dorongan keinginan pribadi, korban NARKOBA juga kebanyakan
diakibatkan dari kondisi anak yang broken home. Mayoritas yang jadi
latar belakang terjadinya broken home dari beberapa curhatan teman-teman
saya yang pernah mengalaminya adalah karena banyaknya konplik dalam
keluarga yang berkepanjangan juga tidak adanya kemesraan komunikasi
antara orang tua dengan anaknya. Jika orang tua sudah mengidentifikasi
bahwa mereka tidak mampu membina komunikasi dengan anaknya hingga tidak
tahu persoalan-persoalan pokok yang mendorongnya untuk mengkonsumsi
NARKOBA, carilah orang yang bisa menjadi jembatan komunikasi, antara
kita dan anak, apakah itu teman dekatnya ataupun orang yang bisa
didengar pembicaraannya oleh si anak, sehingga miskomunikasi bisa segera
diselesaikan.
Jika saudara menghadapi anak atau
teman sudah dalam kondisi pecandu berat dan dia mau melakukan berhenti
dari kelakuannya, biasanya usaha untuk berhentinya suka terganjal oleh
kondisi sakaw (maaf kalau salah tulis istilah ini) yang sangat ditakuti
oleh para pecandu. Langkah pertolongan berarti dari kita, jika tidak
dibawa ke rumah sakit, adalah dengan cara terus memberi motifasi bahwa
mereka mampu untuk berhenti dan pastikan bahwa mereka bisa selamat dari
sakaw. Berikan saran pada si penderita bahwa niat mereka untuk berhenti
harus kuat, karena dengan memperkuat niat sesuatu bisa dilalui dengan
mudah. Contoh kongkrit dari persoalan niat ini adalah kondisi shaum di
bulan ramadhan. Pada hakikatnya para pecandu rokok yang sudah mengatakan
beratus-ratus kali bahwa dirinya tidak bisa berhenti merokok itu
kenyataannya mereka bisa saja berhenti merokok diwaktu puasa. Bisanya
mereka berhenti pada saat puasa adalah adalah buah dari ketebalan dan
kekuatan niat yang mereka miliki untuk berpuasa.
Langkah-langkah
di atas adalah langkah yang pernah saya lakukan dan alhamdulillah telah
terasa keberhasilannya, semoga para pembaca pun dapat merasakan hasil
yang sama. Dan perlu ditekankan pula di sini bahwa isi dari semua
tulisan saya di sini adalah berdasarkan pada pengalaman, oleh sebab itu
mohon maaf apabila banyak kekurangan.
SEMOGA BERMANFAAT…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar