Translate

Minggu, 29 April 2012

TIPS MENGHINDARKAN PERGAULAN BEBAS



Berita terkait persoalan NARKOBA, dari hari ke hari kian menghawatirkan. Media ibu kota Jakarta, semisal Pos Kota --tertanggal 7 Juni 2010, mengabarkan bahwa "data kepolisian mencatat pada 2010 penggunan narkoba di Jakarta mencapai 800 ribu orang. Dengan rata-rata usia konsumen 17 hingga 40 tahun."

Di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) anak mulai menginjak masa remaja. Masa di mana luapan rasa penasaran untuk mencoba segala hal sedang ada dalam puncak-puncaknya, juga masa di mana keinginan untuk mendapatkan pengakuan eksistensi dan penemuan jati dirinya sangatlah besar. Pada masa usia seperti itu, saya dihadapkan pada situasi teman-teman yang memiliki beragam kepribadian. Sebagian dari teman-teman yang dekat dengan saya adalah mereka yang sudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Sebagian dari mereka yang saya sebutkan itu adalah mereka-mereka yang sudah terlanjur mengalami kecanduan NARKOBA. Kondisi mereka, di sekolah, seringkali dikucilkan akibat para guru sering kali menyuruh teman-teman lainnya menjauhi mereka. Ayah saya juga hampir sama dengan para guru di sekolah, lebih banyak melarang saya bergaul dengan anak-anak yang akhlaknya jelek. Meskipun begitu, waktu itu saya memiliki pandangan berbeda dengan mereka. Saya lebih memahami pesan pokok dari ayah saya adalah tidak boleh terbawa oleh kebiasaan buruk merekanya, bukan masalah bergaulnya. Alasan utama kenapa saya tetap dekat dengan mereka, dilantarankan waktu itu saya memikirkan andaikan tidak ada satu pun orang baik yang mau mendekati mereka, tentu saja mereka yang jadi korban dari pergaulan buruk itu akan selamanya bergaul dengan orang-orang buruk (karena orang baik tidak mau mendekati mereka) dan akan terus menjadi korban sehingga akhlaknyapun kemungkinan besar tidak bakalan kunjung membaik. Berangkat dari pemikiran itu pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap bergaul dengan mereka dengan satu misi, ingin menyelamatkan mereka dari bahaya NARKOBA. Dan alhamdulillah, meskipun lingkungan pergaulan saya lebih banyak dilalui bersama anak-anak pengkonsumsi NARKOBA, saya selamat dari benda haram penuh kutukan tersebut.

Berangkat dari pengalaman saya yang sekian tahun bergaul dengan para pemakai dan pecandu, dengan banyak hujatan, celaan, buruk sangka dan alienasi yang harus saya hadapi meski saya menjalani pergaulan itu dengan niat baik dan tidak punya salah apa-apa dalam persoalan yang dialamatkan, keterselamatan saya dari pengaruh buruk pergaulan bagi saya pribadi adalah pengalaman berharga penuh hikmah. Saya ingin juga berbagi pengalaman di sini terkait langkah-langkah yang pernah saya lakukan hingga saya bisa tidak terpengaruh oleh bahaya pergaulan. Merujuk pada semua pengalaman pribadi saya sendiri, Ada beberapa langkah yang pernah saya lakukan. langkah langkah itu diantaranya;



  • Jika saudara tidak ingin mengekang pergaulan anak namun tidak mau juga anaknya jadi korban pergaulan, maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh para orang tua adalah menyadarkan anaknya mengenai peran yang harus dijalani oleh mereka. Tekankan pada si anak bahwa dalam bergaul mereka jangan menjadi objek pergaulan, melainkan harus jadi subjek yang berusaha mewarnai lingkungan pergaulannya menjadi baik, mengajak para temannya untuk melakukan hal-hal baik bukan menjadi korban ajakan jelek teman-temannya. Jika para orang tua melihat ketidak mampuan anaknya bisa menjadi subjek dalam pergaulan maka lebih baik tekankan kepada si anak untuk tidak coba-coba bergaul dengan mereka yang jelek.



  • Beri anak peringatan untuk tidak mencoba atau mencicipi NARKOBA barang sekali atau sedikit pun. Kebanyakan para korban NARKOBA adalah mereka yang memberanikan diri mencobanya. Bahaya yang pernah mencoba, meskipun ada juga yang tidak mau mencobanya kembali, biasanya merasa lebih mudah untuk mengkonsumsinya kembali apabila mendapat suatu masalah. Kesulitan saya memberhentikan teman-teman yang suka mengkonsumsi NARKOBA secara 100% adalah diakibatkan dari adanya perasaan tidak keberatan dalam diri mereka untuk kembali mengkonsumsinya apabila mereka tengah menghadapi permasalahan hidup.



  • Jelaskan pada si anak mengenai dampak dan konsekuensi yang akan dihadapi olehnya apabila mengkonsumsi NARKOBA, baik berupa ajaran dari Agama, kesehatan, hukum pemerintah, maupun dampak penilaian buruk dari masyarakat yang tidak hanya akan mencoreng nama baik dirinya tapi juga nama baik keluarga.



  • Latar belakang lain selain akibat dari dorongan keinginan pribadi, korban NARKOBA juga kebanyakan diakibatkan dari kondisi anak yang broken home. Mayoritas yang jadi latar belakang terjadinya broken home dari beberapa curhatan teman-teman saya yang pernah mengalaminya adalah karena banyaknya konplik dalam keluarga yang berkepanjangan juga tidak adanya kemesraan komunikasi antara orang tua dengan anaknya. Jika orang tua sudah mengidentifikasi bahwa mereka tidak mampu membina komunikasi dengan anaknya hingga tidak tahu persoalan-persoalan pokok yang mendorongnya untuk mengkonsumsi NARKOBA, carilah orang yang bisa menjadi jembatan komunikasi, antara kita dan anak, apakah itu teman dekatnya ataupun orang yang bisa didengar pembicaraannya oleh si anak, sehingga miskomunikasi bisa segera diselesaikan.



  • Jika saudara menghadapi anak atau teman sudah dalam kondisi pecandu berat dan dia mau melakukan berhenti dari kelakuannya, biasanya usaha untuk berhentinya suka terganjal oleh kondisi sakaw (maaf kalau salah tulis istilah ini) yang sangat ditakuti oleh para pecandu. Langkah pertolongan berarti dari kita, jika tidak dibawa ke rumah sakit, adalah dengan cara terus memberi motifasi bahwa mereka mampu untuk berhenti dan pastikan bahwa mereka bisa selamat dari sakaw. Berikan saran pada si penderita bahwa niat mereka untuk berhenti harus kuat, karena dengan memperkuat niat sesuatu bisa dilalui dengan mudah. Contoh kongkrit dari persoalan niat ini adalah kondisi shaum di bulan ramadhan. Pada hakikatnya para pecandu rokok yang sudah mengatakan beratus-ratus kali bahwa dirinya tidak bisa berhenti merokok itu kenyataannya mereka bisa saja berhenti merokok diwaktu puasa. Bisanya mereka berhenti pada saat puasa adalah adalah buah dari ketebalan dan kekuatan niat yang mereka miliki untuk berpuasa.


  • Langkah-langkah di atas adalah langkah yang pernah saya lakukan dan alhamdulillah telah terasa keberhasilannya, semoga para pembaca pun dapat merasakan hasil yang sama. Dan perlu ditekankan pula di sini bahwa isi dari semua tulisan saya di sini adalah berdasarkan pada pengalaman, oleh sebab itu mohon maaf apabila banyak kekurangan.

    SEMOGA BERMANFAAT…

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar