Translate

Kamis, 10 Mei 2012


PERSIAPAN PERNIKAHAN BAGI REMAJA







Oleh

BENEDIKTUS JALENG
Sekretaris PIK-M Uniflor





PUSAT INFORMASI DAN KONSELING (PIK) - MAHASISWA
 UNIVERSITAS FLORES
PERIODE 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang

Remaja merupakan pemimpin masa depan. Berbagai upaya pendidikan dilakukan agar remaja mempunyai bekal pengetahuan, mempunyai sopan santun, agama dan peka terhadap lingkungan, serta mampu mengembangkan potensi agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian remaja yang telah memperoleh  pendidikan yang baik diharapkan akan mengembangkan diri secara mantap dan mampu mewujudkan perilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Hasil survey (Pikiranrakyat.com) pada tahun 2008 dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat menyebutkan 39,65%  (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks senelum nikah. Bahkan menurut survey yang pernahy dimuat di detik.com tahun 2009 sebanyak 22,6% remaja Indonesia penganut seks bebas. Hasil penelitian tersebut menunjukan begitu rendahya kualitas moral, kesadaran beragama, dan kesiapan membentuk keluarga pada diri remaja yang seharusnya sudah tertanam sesuai dengan tugas perkembangannya.Kondisi seperti ini memerlukan upaya-upaya yang optimal guna mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif termasuk membantu menyiapkan kesiapan diri dan meningkatkan pemahaman remaja dalam menghadapi kehidupan pernikahan.
Untuk itu perlu adanya layanan dalam memberikan arahan dan petunjuk kepada remaja dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarganya yang dapat dijadikan sebagai salah satu jalan dalam memmbentuk masa depan remaja yang sesuai dengan norma yang berlaku dan dapat menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diandalkan. Bagi remaja, mewujudkan perilaku yang mantap dan sesuai dengan lingkungan bukanlah suatu hal yang mudah. Kondisi fisik, kemajuan teknologi, dan lingkungan terutama keluarga, mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pembentukan perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Erikson dalam Makmun (2000:84) mengemukakan bahwa pada tahap remaja (adolescence) berada pada keadaan identity vs identity confusion. Keadaan ini lazim dikenal dengan masa sturm and drang (angin dan topan), dimana remaja dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan: siapa sebenarnya aku ini? Akan menjadi apa nanti? Apa peranku sebagai anggota masyarakat?. Kalau remaja mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan bekal kepecayaan pada lingkungan, kemandirian, inisiatif, kepercayaan atas kemampuan dan kecakapannya, maka remaja akan mampu mengintegrasikan seluruh unsur-unsur kepribadiannya. Dengan kata lain, remaja akan menemukan identitas/jati dirinya, dan sebaliknya, jika tidak remaja akan berada dalam kebingungan dan kekacauan(confusion). Witherington dalam Makmun (2000: 84) mengemukakan bahwa usia 12-15 tahun merupakan tahapawal penyesuaian social; setelah usia 15-18 tahun merupakan tahap awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan diikuti sampai dewasa. Havighurst (Makmun, 2000:112) menyusun fase-fase perkembangan kebutuhan secara hipotesis yang harus dipenuhi atau yang dikuasai remaja agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.Salah satu perilaku khas dalam pencapaian tugas perkembangan remaja serta penting dikuasai remaja adalah mempersiapkan diri bagi persiapan perkawinan dan berkeluarga.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu pernikahan ?
2.apa ituremaja dan perkembangan remaja?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pernikahan dan penyesuaiannya?
2. Untuk mengetahui remaja dan perkembangan remaja
3. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini.
4. Untuk mengetahui macam-macam perspektif pernikahan












BAB II
PEMBAHASAN


Pernikahan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya.Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.
Penyesuaian pernikahan
Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi seseorang yang kontinudengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia anda (Calhoun &Acocella, 1995). Interaksi dengan diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apayang telah ada pada seseorang : tubuh, perilaku, dan pemikiran serta perasaaandiri sendiri adalah sesuatu yang dihadapi individu setiap detik. Interaksi dengan orang lain, jelas berpengaruh pada individu, sebagaimana individu jugaberpengaruh terhadap orang lain. Interaksi dengan dunia kita, penglihatan danpenciuman serta suara yang mengelilingi seseorang saat ia menyelesaikanurusannya, mempengaruhi diri sendiri dan dunia atau lingkungannya. Penyesuaianjuga merupakan suatu proses psikologis dimana seseorang mengatur ataumemenuhi keinginan dan tantangan dan kehidupan sehari-hari (Witten & Lloyd,2006). Salah satu bentuk penyesuaian diri adalah penyesuaian terhadappernikahan.
Penyesuaian pernikahan adalah suatu ”state” dimana seluruh perasaanbahagia dan kepuasan suami dan istri terhadap pernikahan mereka dan antaramereka berdua. Pasangan yang menikah memiliki banyak harapan, yangterkadang realistis tapi ada yang tidak realistis. Penyesuaian pernikahan menuntut adanya kematangan dan tumbuh serta berkembangnya pengertian diantara pasangan (Hashmi, Khurshid, Hassan, 2006)
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri dalam Pernikahan
Penyesuaian diri dalam pernikahan memiliki beberapa area yang akandilalui, seperti agama, kehidupan sosial, teman yang menguntungkan, hukum,keuangan, dan seksual. Hurlock (1999) juga mengatakan bahwa dari sekianbanyak masalah penyesuaian diri dalam pernikahan , ada empat hal pokok yangpaling umum dan paling penting dalam menciptakan kebahagiaan pernikahan.
Empat hal itu adalah : Penyesuaian dengan pasanganMasalah yang paling penting yang pertama kali harus dihadapi saat seseorangmemasuki dunia pernikahan adalah penyesuaian dengan pasangan (istri maupunsuaminya). Semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh dimasa lalu, makin besar pengertian dan wawasansosial mereka sehingga memudahkan dalam penyesuaian dengan pasangan.Halini juga terjadi pada remaja putri yang menikah dini.Hurlock (1999) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhipenyesuaian terhadap pasangan. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Konsep pasangan ideal.
Pada saat memilih pasangan, baik pria maupun wanita sampai pada waktutertentu dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang dibentuk selama masadewasa.Semakin seseorang terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas makasemakin sulit penyesuaian yang dilakukan terhadap pasangan.
b. Pemenuhan kebutuhan
Apabila penyesuaian yang baik dilakukan, pasangan harus memenuhikebutuhan yang berasal dari pengalaman awal. Apabila diperlukanpengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial sosial agar bahagia,pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Kesamaan latar belakang
Semakin sama latar belakang suami dan istri maka semakin mudah untuksaling menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga apabila latar belakang mereka sama, setiap orang dewasa mencari pandang unik tentang kehidupan. Semakinberbeda pandangan hidup ini, maka semakin sulit penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan kepentingan bersama
Kepentingan yang sama mengenai suatu hal yang dapat dilakukan pasangancenderung membawa penyesuaian yang baik daripada kepentingan bersamayang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
e. Keserupaan nilai
Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebihserupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk.
f. Konsep peran
Setiap lawan pasangan mempunya konsep yang pasti mengenai bagaimanaseharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap individumengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika harapan terhadapperan tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian
yang buruk.
g. Perubahan dalam pola hidup
Penyesuaian terhadap pasangannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan,merubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratanpekerjaan, terutama bagi seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali
diikuti oleh konflik emosional. Penyesuaian seksualMasalah penyesuaian utama yang kedua dalam pernikahan adalahpenyesuaian seksual, masalah ini adalah masalah yang paling sulit dalampernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran danketidakbahagiaan dalam pernikahan.Permasalahan biasanya dikarenakanpasangan belum mempunyai pengalaman yang cukup dan tidak mampumengendalikan emosi mereka. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhipenyesuaian seksual yaitu :
a. Perilaku terhadap seks
Sikap terhadap seks sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita menerimainformasi seks selama masa anak-anak dan remaja. Jika perilaku yang tidakmenyenangkan dilakukan maka akan sulit sekali untuk dihilangkan bahkantidak mungkin dihilangkan.
b. Pengalaman seks masa lalu
Cara orang dewasa bereaksi terhadap masturbasi, petting, dan hubungan suamiistri sebelum menikah, ketika mereka masih muda dan cara pria dan wanitamerasakan itu sangat mempengaruhi perilakunya terhadap seks. Apabilapengalaman awal seorang wanita tidak menyenangkan maka hal ini akanmewarnai sikapnya terhadap seks.
c. Dorongan seksual
Dorongan seksual berkembang lebih awal pada pria daripada wanita dancenderung tetap demikian, sedang wanita muncul secara periodik.Denganturun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini mempengaruhi minat dankenikmatan akan seks, yang kemudian mempengaruhi penyesuaian seksual.
d. Pengalaman seks marital awal, sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi,dam pengaruh vasektomi. Penyesuaian keuanganUang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadappenyesuaian diri individu dalam pernikahan.Istri yang berusia muda atau masihremaja cenderung memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola keuanganuntuk kelangsungan hidup keluarga.Suami juga terkadang mengalami kesulitandalam menyesuaikan diri dengan keuangan, khususnya jika istrinya bekerja di luarrumah dan berhenti setelah memiliki anak pertama sehingga mengurangipendapatan keluarga.
4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan
Setiap individu yang menikah secara otomatis memperoleh sekelompokkeluarga baru. Mereka itu adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yangberbeda, mulai dari bayi hingga kakek atau nenek dan terkadang dengan latarbelakang yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, budaya dan latarbelakang sosial yang berbeda. Penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Stereotip tradisional mengenai ibu mertua
Stereotip yang secara luas diterima masyarakat ”Ibu mertua yangrepresentatif” dapat menimbulkan perangkat mental yang tidak menyenangkanbahkan sebelum perkawinan. Stereotip yang tidak menyenangkan mengenaiorang usia lanjut seperti cenderung ikut campur tangan dapat masalah bagi
keluarga pasangan. Keinginan untuk mandiriOrang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjukdari orang tua mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan, dankhususnya mereka menolak bantuan dari keluarga pasangan.
c. Keluargaisme
Penyesuaian dan perkawinan akan lebih pelik apabila salah satu pasangantersebut menggunakan lebih banyak waktunya terhadap keluarganya daripadamereka sendiri. Apabila pasangan terpengaruh oleh keluarga, apabilaseseorang anggota keluarga berkunjung dalam waktu yang lama dan hidup
dengan mereka untuk seterusnya.
d. Mobilitas sosial
Individu dewasa muda yang status sosialnya meningkat diatas anggotakeluarga atau diatas status keluarga pasangannya mungkin saja tetapmembawa mereka dalam latar belakangnya.Banyak orangtua dan anggotakeluarga sering bermusuhan dengan pasangan muda.
e. Anggota keluarga berusia lanjut
Merawat anggota keluarga berusia lanjut merupakan faktor yang sangat sulitdalam penyesuaian pekawinan karena sikap yang tidak menyenangkanterhadap orangtua dan urusan keluarga khususnya bila dia juga mempunyaianak-anak.
f. Bantuan keuangan untuk keluarga pasangan
Apabila pasangan muda harus membantu atau memikul tanggung jawab,bantuan keuangan bagi pihak keluarga pasangan, hal itu sering membawa hubungan keluarga yang tidak baik.Hal ini dikarenakan anggota keluargapasangan dibantu keuangannya, menjadi marah dan tersinggung dengan tujuanagar diperoleh bantuan tersebut.
Kondisi Yang Menyumbang Kesulitan Dalam Penyesuaian Perkawinan
Hurlock (1999) mengemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkankesulitan dalam penyesuaian pernikahan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Persiapan yang terbatas untuk pernikahan
Penyesuaian seksual saat ini terlihat lebih mudah dilakukan dibandingkanmasa lalu, dikarenakan banyaknya informasi namun kebanyakan pasangansuami istri hanya menerima sedikit persiapan dibidang keterampilan domestik,mengasuh anak, dan manajemen uang.
2. Perubahan peran dan status sosial menjadi suami atau istri.
Kecenderungan terhadap perubahan peran dalam perkawinan bagi pria danwanita serta konsep yang berbeda tentang peran membuat penyesuaian dalampernikahan semakin sulit saat ini dibandingkan pada masa lalu.
3. Pernikahan dini
Pernikahan dini akan lebih banyak memerlukan proses penyesuaian dirimasing-masing pasangan karena pada umumnya di usia ini individu belumterlalu matang dalam hal emosional, ekonomi, dan seksual.
4. Konsep yang tidak realistis tentang perkawinan.Orang dewasa yang belajar
perguruan tinggi dengan pengalaman yang sedikit cenderung memiliki konsepyang tidak realistis mengenai makna pernikahan dengan pekerjaan,pembelanjaan uang, atau perubahan pola hidup.
5. Pernikahan campuran,
Penikahan yang dilakukan antara dua adat istiadat yang berbeda.
6. Pacaran yang dipersingkat.
Periode masa pacaran yang singkat pada masa sekarang dibandingkan masalalu, sehingga pasangan hanya punya sedikit waktu untuk memecahkan
masalah tentang penyesuaian sebelum melangsungkan pernikahan.
7. Romantika perkawinan,
Harapan yang berlebihan mengenai tujuan dan hasil pernikahan seringmembawa kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugasdan tanggung jawab pernikahan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan
Burgess & Locke (1960), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktordasar yang dapat digunakan untuk mengetahui pernyesuaian pernikahan, yaitu :
1. Karakteristik kepribadian
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian perkawinan dankarakteristik kepribadian. Berikut ini 6 karakteristik kepribadian yang dapatmenyebabkan ketidakbahagian dalam pernikahan yaitu :
a. Individu yang memiliki kecenderungan pesimis yang lebih besar daripadasikap optimis.
b. Individu yang memiliki kecenderungan neurotis yang ditampilkan dengan
ciri-ciri peka/sensitif, mudah marah dan merasa tidak berdaya sertakesepian.
c. Individu yang memiliki kecenderungan tingkah laku dominan (menguasai)terhadap orang lain (suami/istri) dan keras kepala.
d. Individu yang selalu mencela dan tidak memperhatikan orang lain(suami/istri).
e. Individu yang kurang percaya diri.
f. Individu yang merasa sanggup memenuhi kebutuhan sendiri yangditunjukkan dengan tingkah laku menyendiri bila menghadapi masalah,menghindari dan menolak nasehat orang lain.
Apabila antara suami istri tidak ada rasa saling percaya akan membuatkehidupan pernikahan menjadi tidak bahagia. Faktor keterbukaan antara suamidan istri cukup penting dalam penyesuaian pernikahan. Saling terbukamemudahkan proses penyesuaian dalam pernikahan, sedangkan saling menutupdiri (tidak terbuka) antara suami dan istri cenderung menyulitkan pernikahan.Jika suami istri menyelesaikan masalah sendiri atau tidak saling terbukamenyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan emosional satu sama lain.
2. Latar belakang Budaya
Persamaan latar belakang budaya antara suami dan istri merupakan halyang baik, sedangkan jika terdapat perbedaan latar belakang yang cukup besarmaka hal tertentu ini dapat menyulitkan penyesuaian dalam pernikahan. Suamidan istri dengan latar belakang budaya yang berbeda akan mengalami kesulitanberkomunikasi.Beberapa penelitian menunjukkan beberapa hasil diantaranya (1) tingkatbudaya orang tua suami lebih berpengaruh daripada orang tua istri.Umumnya priaboleh menikahi wanita dengan kondisi ekonomi dan status sosial lebih rendah.Sedangkan wanita tidak boleh menikahi pria yang memiliki tingkat ekonomi danstatus sosial lebih rendah darinya. (2) perbedaan budaya antara suami dan istridiasumsikan akan mengakibatkan pernikahan yang tidak sukses.
3. Pola Respon
Secara umum keromantisan dihubungkan dengan adanya salingketertarikan.Hal ini merupakan kebahagian terbesar dalam pernikahan.Gairahcinta ini tidak dibatasi oleh perbedaan budaya dan kelas sedangkan gambaranyang membosankan apabila cinta berkembang tanpa adanya keakraban danpersahabatan.Hal ini tidak tergantung pada kecantikan, daya tarik seks, atau cirri fisik lain, tetapi pada keserasian, ketertarikan, dan hubungan yang akrab.
4. Hasrat seks
Data statistik yang didapat Terman dan Locke dari penelitian yangdilakukan oleh Burgess & Cottrel, serta beberapa penelitian lain memberikaninformasi bahwa terdapat hubungan antara perilaku seksual dengan penyesuaianpernikahan. Menurut Walgito (1984) adanya saling pengertian antara suami danistri terhadap dorongan seks, pasangannya akan menghindarkan ketidakpuasandalam melakukan hubungan seksual. sedangkan bila pasangannya memilikidorongan seksual yang tidak seimbang dan tidak dapat dimengerti oleh keduabelah pihak, hal tersebut akan menimbulkan persoalan. Sedangkan menurutBurgess dan Locke (1960) faktor psikologis merupakan faktor yang lebih besarmempengaruhi penyesuaian seksual dalam perkawinan dibandingkan denganfaktor biologis.
Pola Penyesuaian Pernikahan
Landis dan landis (dalam wahyuningsih, 2002) mengemukakan tiga polapenyesuaian pernikahan berdasarkan cara –cara memecahkan konflik, yaitu :
1. Kompromi (compromise), yang berarti bahwa dalam memecahkan konflikpasangan, suami istri melakukan kesepakatan-kesepakatan yang memuaskankedua belah pihak. Suami istri berusaha untuk menyatukan pendapat melaluikesepakatan sehingga meraih tingkat penyesuaian yang tinggi yangkemudian menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa aman.
2. Akomodasi (accomodate), pada pola ini pasangan berada pada posisibertolak belakang, memiliki karakteristik yang bertolak belakang, tetapimenerima kenyataan bahwa ada perbedaan. Pasangan suami istri melakukanakomodasi untuk mencapai keseimbangan dengan mentoleransi tingkah laku
atau hal-hal lain dari pasangannya yang berbeda dengannya. Selama prosesakomodasi pasangan dapat melakukan diskusi untuk meraih cara pandangyang menguntungkan kedua belah pihak.
3. Permusuhan (hostility), pada pola ini pasangan suami-istri berusaha untuktetap mempertahankan pendapat masing-masing dengan segala cara.Pasangan sering bertengkar mengenai berbagai hal yang berbeda. Pasangansuami istri tidak dapat menyelesaikan perbedaan yang ada dengan cara yang
memuaskan, sehingga pernikahan diliputi oleh tekanan.
Remaja
Definisi Remaja
Menurut Papalia (2004) remaja adalah transisi perkembangan antara masakanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan secara fisik, kognitif, danperubahan sosial.Lahey (2004) mennyatakan bahwa remaja adalah periode yangdimulai dari munculnya pubertas sampai pada permulaan masa dewasa.Hurlock (1999), mengemukakan istilah Adolescence atau remaja yang
berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadidewasa”. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini juga mempunyaiarti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik.Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remajaadalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Lazimnyamasa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang danberakhir sampai ia menjadi matang secara hukum.Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual.Dalam definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan social ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :
Remaja adalah suatu masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksualsekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanakkanakmenjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepadakeadaan yang relatif lebih mandiri.Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan masa remajamerupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masakanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik,usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telahmengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebihmandiri.
Pembagian Masa Remaja
Menurut Monks (2001) batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai21 tahun. Monks membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu :
1. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun
2. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun
3. Fase remaja Akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun
Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia sendiri adalah antara usia11 tahun sampai usia 24 tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahunadalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak.Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal individu yang belum dapatmemenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu
yang sudah menikah dianggap dan diperlukan sebagai individu dewasa penuhsehingga tidak lagi digolongkan sebagai remaja (Sarwono, 2003).The UN Convention on The Rights of The Child (CRC) menandakan bahwausia 18 tahun merupakan usia yang berada diantara masa anak-anak dan masa
dewasa , usia ini merupakan batasan usia remaja. CRC juga mengatakan bahwaindividu yang berusia dibawah 18 tahun masih dianggap sebagai usia anak-anakatau remaja. The World Health Organization (WHO) memiliki batasan yang tidakjauh berbeda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah individu yang berusiapada rentang 10-19 tahun.Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwarata-rata batasan usia remaja berkisar antara 10 tahun sampai 24 tahun, denganpembagian fase remaja awal berkisar 10-15 tahun, fase remaja tengah berkisar 16-18 tahun dan fase remaja akhir berkisar 19-24 tahun.
Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Dalam Hurlock (1999), semua tugas perkembangan pada masa remajadipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakandan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Monks (2001)menyebutkan bahwa remaja yang telah menikah maka masa remaja menjadidiperpendek sehingga tugas-tugas perkembangannya juga mengalamipenyesuaian. Adapun tugas perkembangan pada masa remaja adalah :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baikpria maupun wanita.Remaja mulai mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis lebih dalam bagaimana harus bergaul denganmereka. Remaja yang menikah mulai mempelajari hubungan baru denganpasangan dan lebih matang , hubungan dengan teman sebaya mereka jugasudah mulai terbatasi.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita
Remaja putri yang telah menikah pencapaian peran sosial sebagai wanita yaitumenjadi istri dan ibu yang baik.Peran sosial ini terbentuk mulai saat kanakkanak,seperti pada wanita dimana mereka didorong untuk berprilaku feminine sejak mereka masih kanak-kanak.Peran sosial ini biasanya diakui olehmasyarakat dan diterima oleh masyarakat.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejakkanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilansaat dewasa nanti. Remaja yang telah menikah akan mengalami hal baruberkaitan dengan kondisi fisiknya, seperti ketika mereka hamil dan melahirkananak.
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasalainnya.
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandirisecara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugasperkembangan yang mudah. Remaja yang menikah diusia muda diharapkanmencapai kemandirian emosional dari orang tua walaupun mereka belumcukup siap.
5. Mempersiapkan karier ekonomi
Remaja putri yang menikah di usia muda menjadi terhambat dalam persiapankarier ekonomi mereka. Mereka kehilangan kesempatan untuk melanjutkanpendidikan ataupun memperoleh pelatihan keterampilan lainnya sehinggamenghambat proses persiapan karier ekonomi mereka.
6. Mempersiapkan pernikahan dan keluarga
Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan pernikahan merupakantugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Persiapanpernikahan dan keluarga saat ini hanya sedikit diberikan baik itu dalamkeluarga maupun disekolah dan di Perguruan tinggi, kurangnya persiapan inimerupakan salah satu penyebab dari “ masalah yang tidak terselesaikan” yangoleh remaja dibawa kedalam masa dewasa. Remaja putri yang telah menikahbiasanya tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka sehingga persiapanmereka dalam menghadapi dunia pernikahan juga terbatas (Santrock, 1995).Persiapan yang terbatas itu tidak hanya dari pendidikan saja, kesiapan yangterbatas dari segi fisik mereka, psikologis, maupun segi finansial.
Remaja dan Pernikahan


















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kehidupan perkawinan adalah kehidupan dari pasangan pria dan wanita yangdisahkan secara hukum dan agama dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia.Untuk menjadi pasangan yang bahagia, suami-istri harus saling mengenal dan menerimapasangannya, saling mencintai, saling memiliki komitmen terhadap pasangannya, tetapbersama dalam senang dan susah, saling membantu dan mendukung, memilikikomunikasi yang lancar dan terbuka, serta menerima keluarga pasangannya sebagaikeluargannya sendiri.
B.     Saran
Remaja dan atau mahasiswa harus mampu menjalankan tugas perkembangan pada masa remaja yang dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.

Jumat, 04 Mei 2012

PERSIAPAN PERNIKAHAN BAGI REMAJA













PERSIAPAN PERNIKAHAN BAGI REMAJA











Oleh

BENEDIKTUS JALENG
MAHASIWA UNIVERSITAS FLORES





PUSAT INFORMASI DAN KONSELING (PIK) - MAHASISWA
 UNIVERSITAS FLORES
PERIODE 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN


A.         Latar Belakang

Remaja merupakan pemimpin masa depan. Berbagai upaya pendidikan dilakukan agar remaja mempunyai bekal pengetahuan, mempunyai sopan santun, agama dan peka terhadap lingkungan, serta mampu mengembangkan potensi agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian remaja yang telah memperoleh  pendidikan yang baik diharapkan akan mengembangkan diri secara mantap dan mampu mewujudkan perilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Hasil survey (Pikiranrakyat.com) pada tahun 2008 dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat menyebutkan 39,65%  (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks senelum nikah. Bahkan menurut survey yang pernahy dimuat di detik.com tahun 2009 sebanyak 22,6% remaja Indonesia penganut seks bebas. Hasil penelitian tersebut menunjukan begitu rendahya kualitas moral, kesadaran beragama, dan kesiapan membentuk keluarga pada diri remaja yang seharusnya sudah tertanam sesuai dengan tugas perkembangannya.Kondisi seperti ini memerlukan upaya-upaya yang optimal guna mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif termasuk membantu menyiapkan kesiapan diri dan meningkatkan pemahaman remaja dalam menghadapi kehidupan pernikahan.
Untuk itu perlu adanya layanan dalam memberikan arahan dan petunjuk kepada remaja dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarganya yang dapat dijadikan sebagai salah satu jalan dalam memmbentuk masa depan remaja yang sesuai dengan norma yang berlaku dan dapat menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diandalkan. Bagi remaja, mewujudkan perilaku yang mantap dan sesuai dengan lingkungan bukanlah suatu hal yang mudah. Kondisi fisik, kemajuan teknologi, dan lingkungan terutama keluarga, mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pembentukan perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Erikson dalam Makmun (2000:84) mengemukakan bahwa pada tahap remaja (adolescence) berada pada keadaan identity vs identity confusion. Keadaan ini lazim dikenal dengan masa sturm and drang (angin dan topan), dimana remaja dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan: siapa sebenarnya aku ini? Akan menjadi apa nanti? Apa peranku sebagai anggota masyarakat?. Kalau remaja mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan bekal kepecayaan pada lingkungan, kemandirian, inisiatif, kepercayaan atas kemampuan dan kecakapannya, maka remaja akan mampu mengintegrasikan seluruh unsur-unsur kepribadiannya. Dengan kata lain, remaja akan menemukan identitas/jati dirinya, dan sebaliknya, jika tidak remaja akan berada dalam kebingungan dan kekacauan(confusion). Witherington dalam Makmun (2000: 84) mengemukakan bahwa usia 12-15 tahun merupakan tahapawal penyesuaian social; setelah usia 15-18 tahun merupakan tahap awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan diikuti sampai dewasa. Havighurst (Makmun, 2000:112) menyusun fase-fase perkembangan kebutuhan secara hipotesis yang harus dipenuhi atau yang dikuasai remaja agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.Salah satu perilaku khas dalam pencapaian tugas perkembangan remaja serta penting dikuasai remaja adalah mempersiapkan diri bagi persiapan perkawinan dan berkeluarga.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu pernikahan ?
2.apa ituremaja dan perkembangan remaja?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pernikahan dan penyesuaiannya?
2. Untuk mengetahui remaja dan perkembangan remaja
3. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini.
4. Untuk mengetahui macam-macam perspektif pernikahan













BAB II
PEMBAHASAN


Pernikahan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya.Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.
Penyesuaian pernikahan
Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi seseorang yang kontinudengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia anda (Calhoun &Acocella, 1995). Interaksi dengan diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apayang telah ada pada seseorang : tubuh, perilaku, dan pemikiran serta perasaaandiri sendiri adalah sesuatu yang dihadapi individu setiap detik. Interaksi dengan orang lain, jelas berpengaruh pada individu, sebagaimana individu jugaberpengaruh terhadap orang lain. Interaksi dengan dunia kita, penglihatan danpenciuman serta suara yang mengelilingi seseorang saat ia menyelesaikanurusannya, mempengaruhi diri sendiri dan dunia atau lingkungannya. Penyesuaianjuga merupakan suatu proses psikologis dimana seseorang mengatur ataumemenuhi keinginan dan tantangan dan kehidupan sehari-hari (Witten & Lloyd,2006). Salah satu bentuk penyesuaian diri adalah penyesuaian terhadappernikahan.
Penyesuaian pernikahan adalah suatu ”state” dimana seluruh perasaanbahagia dan kepuasan suami dan istri terhadap pernikahan mereka dan antaramereka berdua. Pasangan yang menikah memiliki banyak harapan, yangterkadang realistis tapi ada yang tidak realistis. Penyesuaian pernikahan menuntut adanya kematangan dan tumbuh serta berkembangnya pengertian diantara pasangan (Hashmi, Khurshid, Hassan, 2006)
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri dalam Pernikahan
Penyesuaian diri dalam pernikahan memiliki beberapa area yang akandilalui, seperti agama, kehidupan sosial, teman yang menguntungkan, hukum,keuangan, dan seksual. Hurlock (1999) juga mengatakan bahwa dari sekianbanyak masalah penyesuaian diri dalam pernikahan , ada empat hal pokok yangpaling umum dan paling penting dalam menciptakan kebahagiaan pernikahan.
Empat hal itu adalah : Penyesuaian dengan pasanganMasalah yang paling penting yang pertama kali harus dihadapi saat seseorangmemasuki dunia pernikahan adalah penyesuaian dengan pasangan (istri maupunsuaminya). Semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh dimasa lalu, makin besar pengertian dan wawasansosial mereka sehingga memudahkan dalam penyesuaian dengan pasangan.Halini juga terjadi pada remaja putri yang menikah dini.Hurlock (1999) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhipenyesuaian terhadap pasangan. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Konsep pasangan ideal.
Pada saat memilih pasangan, baik pria maupun wanita sampai pada waktutertentu dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang dibentuk selama masadewasa.Semakin seseorang terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas makasemakin sulit penyesuaian yang dilakukan terhadap pasangan.
b. Pemenuhan kebutuhan
Apabila penyesuaian yang baik dilakukan, pasangan harus memenuhikebutuhan yang berasal dari pengalaman awal. Apabila diperlukanpengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial sosial agar bahagia,pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Kesamaan latar belakang
Semakin sama latar belakang suami dan istri maka semakin mudah untuksaling menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga apabila latar belakang mereka sama, setiap orang dewasa mencari pandang unik tentang kehidupan. Semakinberbeda pandangan hidup ini, maka semakin sulit penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan kepentingan bersama
Kepentingan yang sama mengenai suatu hal yang dapat dilakukan pasangancenderung membawa penyesuaian yang baik daripada kepentingan bersamayang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
e. Keserupaan nilai
Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebihserupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk.
f. Konsep peran
Setiap lawan pasangan mempunya konsep yang pasti mengenai bagaimanaseharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap individumengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika harapan terhadapperan tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian
yang buruk.
g. Perubahan dalam pola hidup
Penyesuaian terhadap pasangannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan,merubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratanpekerjaan, terutama bagi seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali
diikuti oleh konflik emosional. Penyesuaian seksualMasalah penyesuaian utama yang kedua dalam pernikahan adalahpenyesuaian seksual, masalah ini adalah masalah yang paling sulit dalampernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran danketidakbahagiaan dalam pernikahan.Permasalahan biasanya dikarenakanpasangan belum mempunyai pengalaman yang cukup dan tidak mampumengendalikan emosi mereka. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhipenyesuaian seksual yaitu :
a. Perilaku terhadap seks
Sikap terhadap seks sangat dipengaruhi oleh cara pria dan wanita menerimainformasi seks selama masa anak-anak dan remaja. Jika perilaku yang tidakmenyenangkan dilakukan maka akan sulit sekali untuk dihilangkan bahkantidak mungkin dihilangkan.
b. Pengalaman seks masa lalu
Cara orang dewasa bereaksi terhadap masturbasi, petting, dan hubungan suamiistri sebelum menikah, ketika mereka masih muda dan cara pria dan wanitamerasakan itu sangat mempengaruhi perilakunya terhadap seks. Apabilapengalaman awal seorang wanita tidak menyenangkan maka hal ini akanmewarnai sikapnya terhadap seks.
c. Dorongan seksual
Dorongan seksual berkembang lebih awal pada pria daripada wanita dancenderung tetap demikian, sedang wanita muncul secara periodik.Denganturun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini mempengaruhi minat dankenikmatan akan seks, yang kemudian mempengaruhi penyesuaian seksual.
d. Pengalaman seks marital awal, sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi,dam pengaruh vasektomi. Penyesuaian keuanganUang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadappenyesuaian diri individu dalam pernikahan.Istri yang berusia muda atau masihremaja cenderung memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola keuanganuntuk kelangsungan hidup keluarga.Suami juga terkadang mengalami kesulitandalam menyesuaikan diri dengan keuangan, khususnya jika istrinya bekerja di luarrumah dan berhenti setelah memiliki anak pertama sehingga mengurangipendapatan keluarga.
4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan
Setiap individu yang menikah secara otomatis memperoleh sekelompokkeluarga baru. Mereka itu adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yangberbeda, mulai dari bayi hingga kakek atau nenek dan terkadang dengan latarbelakang yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, budaya dan latarbelakang sosial yang berbeda. Penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Stereotip tradisional mengenai ibu mertua
Stereotip yang secara luas diterima masyarakat ”Ibu mertua yangrepresentatif” dapat menimbulkan perangkat mental yang tidak menyenangkanbahkan sebelum perkawinan. Stereotip yang tidak menyenangkan mengenaiorang usia lanjut seperti cenderung ikut campur tangan dapat masalah bagi
keluarga pasangan. Keinginan untuk mandiriOrang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjukdari orang tua mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan, dankhususnya mereka menolak bantuan dari keluarga pasangan.
c. Keluargaisme
Penyesuaian dan perkawinan akan lebih pelik apabila salah satu pasangantersebut menggunakan lebih banyak waktunya terhadap keluarganya daripadamereka sendiri. Apabila pasangan terpengaruh oleh keluarga, apabilaseseorang anggota keluarga berkunjung dalam waktu yang lama dan hidup
dengan mereka untuk seterusnya.
d. Mobilitas sosial
Individu dewasa muda yang status sosialnya meningkat diatas anggotakeluarga atau diatas status keluarga pasangannya mungkin saja tetapmembawa mereka dalam latar belakangnya.Banyak orangtua dan anggotakeluarga sering bermusuhan dengan pasangan muda.
e. Anggota keluarga berusia lanjut
Merawat anggota keluarga berusia lanjut merupakan faktor yang sangat sulitdalam penyesuaian pekawinan karena sikap yang tidak menyenangkanterhadap orangtua dan urusan keluarga khususnya bila dia juga mempunyaianak-anak.
f. Bantuan keuangan untuk keluarga pasangan
Apabila pasangan muda harus membantu atau memikul tanggung jawab,bantuan keuangan bagi pihak keluarga pasangan, hal itu sering membawa hubungan keluarga yang tidak baik.Hal ini dikarenakan anggota keluargapasangan dibantu keuangannya, menjadi marah dan tersinggung dengan tujuanagar diperoleh bantuan tersebut.
Kondisi Yang Menyumbang Kesulitan Dalam Penyesuaian Perkawinan
Hurlock (1999) mengemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkankesulitan dalam penyesuaian pernikahan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Persiapan yang terbatas untuk pernikahan
Penyesuaian seksual saat ini terlihat lebih mudah dilakukan dibandingkanmasa lalu, dikarenakan banyaknya informasi namun kebanyakan pasangansuami istri hanya menerima sedikit persiapan dibidang keterampilan domestik,mengasuh anak, dan manajemen uang.
2. Perubahan peran dan status sosial menjadi suami atau istri.
Kecenderungan terhadap perubahan peran dalam perkawinan bagi pria danwanita serta konsep yang berbeda tentang peran membuat penyesuaian dalampernikahan semakin sulit saat ini dibandingkan pada masa lalu.
3. Pernikahan dini
Pernikahan dini akan lebih banyak memerlukan proses penyesuaian dirimasing-masing pasangan karena pada umumnya di usia ini individu belumterlalu matang dalam hal emosional, ekonomi, dan seksual.
4. Konsep yang tidak realistis tentang perkawinan.Orang dewasa yang belajar
perguruan tinggi dengan pengalaman yang sedikit cenderung memiliki konsepyang tidak realistis mengenai makna pernikahan dengan pekerjaan,pembelanjaan uang, atau perubahan pola hidup.
5. Pernikahan campuran,
Penikahan yang dilakukan antara dua adat istiadat yang berbeda.
6. Pacaran yang dipersingkat.
Periode masa pacaran yang singkat pada masa sekarang dibandingkan masalalu, sehingga pasangan hanya punya sedikit waktu untuk memecahkan
masalah tentang penyesuaian sebelum melangsungkan pernikahan.
7. Romantika perkawinan,
Harapan yang berlebihan mengenai tujuan dan hasil pernikahan seringmembawa kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugasdan tanggung jawab pernikahan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan
Burgess & Locke (1960), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktordasar yang dapat digunakan untuk mengetahui pernyesuaian pernikahan, yaitu :
1. Karakteristik kepribadian
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian perkawinan dankarakteristik kepribadian. Berikut ini 6 karakteristik kepribadian yang dapatmenyebabkan ketidakbahagian dalam pernikahan yaitu :
a. Individu yang memiliki kecenderungan pesimis yang lebih besar daripadasikap optimis.
b. Individu yang memiliki kecenderungan neurotis yang ditampilkan dengan
ciri-ciri peka/sensitif, mudah marah dan merasa tidak berdaya sertakesepian.
c. Individu yang memiliki kecenderungan tingkah laku dominan (menguasai)terhadap orang lain (suami/istri) dan keras kepala.
d. Individu yang selalu mencela dan tidak memperhatikan orang lain(suami/istri).
e. Individu yang kurang percaya diri.
f. Individu yang merasa sanggup memenuhi kebutuhan sendiri yangditunjukkan dengan tingkah laku menyendiri bila menghadapi masalah,menghindari dan menolak nasehat orang lain.
Apabila antara suami istri tidak ada rasa saling percaya akan membuatkehidupan pernikahan menjadi tidak bahagia. Faktor keterbukaan antara suamidan istri cukup penting dalam penyesuaian pernikahan. Saling terbukamemudahkan proses penyesuaian dalam pernikahan, sedangkan saling menutupdiri (tidak terbuka) antara suami dan istri cenderung menyulitkan pernikahan.Jika suami istri menyelesaikan masalah sendiri atau tidak saling terbukamenyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan emosional satu sama lain.
2. Latar belakang Budaya
Persamaan latar belakang budaya antara suami dan istri merupakan halyang baik, sedangkan jika terdapat perbedaan latar belakang yang cukup besarmaka hal tertentu ini dapat menyulitkan penyesuaian dalam pernikahan. Suamidan istri dengan latar belakang budaya yang berbeda akan mengalami kesulitanberkomunikasi.Beberapa penelitian menunjukkan beberapa hasil diantaranya (1) tingkatbudaya orang tua suami lebih berpengaruh daripada orang tua istri.Umumnya priaboleh menikahi wanita dengan kondisi ekonomi dan status sosial lebih rendah.Sedangkan wanita tidak boleh menikahi pria yang memiliki tingkat ekonomi danstatus sosial lebih rendah darinya. (2) perbedaan budaya antara suami dan istridiasumsikan akan mengakibatkan pernikahan yang tidak sukses.
3. Pola Respon
Secara umum keromantisan dihubungkan dengan adanya salingketertarikan.Hal ini merupakan kebahagian terbesar dalam pernikahan.Gairahcinta ini tidak dibatasi oleh perbedaan budaya dan kelas sedangkan gambaranyang membosankan apabila cinta berkembang tanpa adanya keakraban danpersahabatan.Hal ini tidak tergantung pada kecantikan, daya tarik seks, atau cirri fisik lain, tetapi pada keserasian, ketertarikan, dan hubungan yang akrab.
4. Hasrat seks
Data statistik yang didapat Terman dan Locke dari penelitian yangdilakukan oleh Burgess & Cottrel, serta beberapa penelitian lain memberikaninformasi bahwa terdapat hubungan antara perilaku seksual dengan penyesuaianpernikahan. Menurut Walgito (1984) adanya saling pengertian antara suami danistri terhadap dorongan seks, pasangannya akan menghindarkan ketidakpuasandalam melakukan hubungan seksual. sedangkan bila pasangannya memilikidorongan seksual yang tidak seimbang dan tidak dapat dimengerti oleh keduabelah pihak, hal tersebut akan menimbulkan persoalan. Sedangkan menurutBurgess dan Locke (1960) faktor psikologis merupakan faktor yang lebih besarmempengaruhi penyesuaian seksual dalam perkawinan dibandingkan denganfaktor biologis.
Pola Penyesuaian Pernikahan
Landis dan landis (dalam wahyuningsih, 2002) mengemukakan tiga polapenyesuaian pernikahan berdasarkan cara –cara memecahkan konflik, yaitu :
1. Kompromi (compromise), yang berarti bahwa dalam memecahkan konflikpasangan, suami istri melakukan kesepakatan-kesepakatan yang memuaskankedua belah pihak. Suami istri berusaha untuk menyatukan pendapat melaluikesepakatan sehingga meraih tingkat penyesuaian yang tinggi yangkemudian menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa aman.
2. Akomodasi (accomodate), pada pola ini pasangan berada pada posisibertolak belakang, memiliki karakteristik yang bertolak belakang, tetapimenerima kenyataan bahwa ada perbedaan. Pasangan suami istri melakukanakomodasi untuk mencapai keseimbangan dengan mentoleransi tingkah laku
atau hal-hal lain dari pasangannya yang berbeda dengannya. Selama prosesakomodasi pasangan dapat melakukan diskusi untuk meraih cara pandangyang menguntungkan kedua belah pihak.
3. Permusuhan (hostility), pada pola ini pasangan suami-istri berusaha untuktetap mempertahankan pendapat masing-masing dengan segala cara.Pasangan sering bertengkar mengenai berbagai hal yang berbeda. Pasangansuami istri tidak dapat menyelesaikan perbedaan yang ada dengan cara yang
memuaskan, sehingga pernikahan diliputi oleh tekanan.
Remaja
Definisi Remaja
Menurut Papalia (2004) remaja adalah transisi perkembangan antara masakanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan secara fisik, kognitif, danperubahan sosial.Lahey (2004) mennyatakan bahwa remaja adalah periode yangdimulai dari munculnya pubertas sampai pada permulaan masa dewasa.Hurlock (1999), mengemukakan istilah Adolescence atau remaja yang
berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadidewasa”. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini juga mempunyaiarti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik.Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remajaadalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Lazimnyamasa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang danberakhir sampai ia menjadi matang secara hukum.Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual.Dalam definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan social ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :
Remaja adalah suatu masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksualsekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanakkanakmenjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepadakeadaan yang relatif lebih mandiri.Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan masa remajamerupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masakanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik,usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telahmengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebihmandiri.
Pembagian Masa Remaja
Menurut Monks (2001) batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai21 tahun. Monks membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu :
1. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun
2. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun
3. Fase remaja Akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun
Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia sendiri adalah antara usia11 tahun sampai usia 24 tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahunadalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak.Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal individu yang belum dapatmemenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu
yang sudah menikah dianggap dan diperlukan sebagai individu dewasa penuhsehingga tidak lagi digolongkan sebagai remaja (Sarwono, 2003).The UN Convention on The Rights of The Child (CRC) menandakan bahwausia 18 tahun merupakan usia yang berada diantara masa anak-anak dan masa
dewasa , usia ini merupakan batasan usia remaja. CRC juga mengatakan bahwaindividu yang berusia dibawah 18 tahun masih dianggap sebagai usia anak-anakatau remaja. The World Health Organization (WHO) memiliki batasan yang tidakjauh berbeda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah individu yang berusiapada rentang 10-19 tahun.Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwarata-rata batasan usia remaja berkisar antara 10 tahun sampai 24 tahun, denganpembagian fase remaja awal berkisar 10-15 tahun, fase remaja tengah berkisar 16-18 tahun dan fase remaja akhir berkisar 19-24 tahun.
Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Dalam Hurlock (1999), semua tugas perkembangan pada masa remajadipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakandan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Monks (2001)menyebutkan bahwa remaja yang telah menikah maka masa remaja menjadidiperpendek sehingga tugas-tugas perkembangannya juga mengalamipenyesuaian. Adapun tugas perkembangan pada masa remaja adalah :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baikpria maupun wanita.Remaja mulai mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis lebih dalam bagaimana harus bergaul denganmereka. Remaja yang menikah mulai mempelajari hubungan baru denganpasangan dan lebih matang , hubungan dengan teman sebaya mereka jugasudah mulai terbatasi.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita
Remaja putri yang telah menikah pencapaian peran sosial sebagai wanita yaitumenjadi istri dan ibu yang baik.Peran sosial ini terbentuk mulai saat kanakkanak,seperti pada wanita dimana mereka didorong untuk berprilaku feminine sejak mereka masih kanak-kanak.Peran sosial ini biasanya diakui olehmasyarakat dan diterima oleh masyarakat.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejakkanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilansaat dewasa nanti. Remaja yang telah menikah akan mengalami hal baruberkaitan dengan kondisi fisiknya, seperti ketika mereka hamil dan melahirkananak.
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasalainnya.
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandirisecara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugasperkembangan yang mudah. Remaja yang menikah diusia muda diharapkanmencapai kemandirian emosional dari orang tua walaupun mereka belumcukup siap.
5. Mempersiapkan karier ekonomi
Remaja putri yang menikah di usia muda menjadi terhambat dalam persiapankarier ekonomi mereka. Mereka kehilangan kesempatan untuk melanjutkanpendidikan ataupun memperoleh pelatihan keterampilan lainnya sehinggamenghambat proses persiapan karier ekonomi mereka.
6. Mempersiapkan pernikahan dan keluarga
Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan pernikahan merupakantugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Persiapanpernikahan dan keluarga saat ini hanya sedikit diberikan baik itu dalamkeluarga maupun disekolah dan di Perguruan tinggi, kurangnya persiapan inimerupakan salah satu penyebab dari “ masalah yang tidak terselesaikan” yangoleh remaja dibawa kedalam masa dewasa. Remaja putri yang telah menikahbiasanya tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka sehingga persiapanmereka dalam menghadapi dunia pernikahan juga terbatas (Santrock, 1995).Persiapan yang terbatas itu tidak hanya dari pendidikan saja, kesiapan yangterbatas dari segi fisik mereka, psikologis, maupun segi finansial.
Remaja dan Pernikahan


















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kehidupan perkawinan adalah kehidupan dari pasangan pria dan wanita yangdisahkan secara hukum dan agama dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia.Untuk menjadi pasangan yang bahagia, suami-istri harus saling mengenal dan menerimapasangannya, saling mencintai, saling memiliki komitmen terhadap pasangannya, tetapbersama dalam senang dan susah, saling membantu dan mendukung, memilikikomunikasi yang lancar dan terbuka, serta menerima keluarga pasangannya sebagaikeluargannya sendiri.
B.     Saran
Remaja dan atau mahasiswa harus mampu menjalankan tugas perkembangan pada masa remaja yang dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.