Translate

Minggu, 29 April 2012

MAKALAH DAMPAK PERGAULAN BEBAS BAGI REMAJA

MAKALAH DAMPAK PERGAULAN BEBAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Diantara dampak negatif dari kemudahan komunikasi di antara anggota masyarakat secara global ke dalam negara kita adalah muncul dan berkembangnya penyakit berbahaya antara lain HIV/AIDS.
Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orang tua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya menataki­ masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggung jawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.
1.2 Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yakni :
1. Apa itu HIV, serta apa penyebab HIV dan Pencegahannya.
2. Apa itu pergaulan bebas?
3. Bahaya pergaulan bebas?
4. Penyebab dan dampak pergaulan bebas?
5. Cara mengatasi pergaulan bebas.
1.3 Tujuan Penulisan
Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah memberikan pengetahuan sejak dini kepada para remaja tentang HIV dan bagaimana pergaulan bebas, serta bahaya dalam pergaulan bebas. Dan memberikan pemahaman kepada para remaja akan bahaya dari pergaulan bebas. Sehingga makalah ini menjadi sarana bagi pembaca dalam menghadapi pergaulan bebas.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat membuka pikiran pembaca untuk mengetahui HIV dan sadar akan dampak dari pergaulan bebas, serta menjadikan pembaca dapat berpikir positif dalam menghadapi masa depan.
2. Pembaca dapat mengetahui tentang pergaulan bebas sehingga nantinya mereka mampu meningkatkan antisipasi dalam pergaulan untuk dapat memilih antara pergaulan yang bersifat positif dan negative.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ Sel T dan macrophage, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya.
2.2 Gejala-Gejala Penyakit HIV-AIDS
Untuk memastikan apakah seseorang kemasukan virus HIV, ia harus memeriksakan darahnya dengan tes khusus dan berkonsultasi dengan dokter. Jika dia positif mengidap AIDS, maka akan timbul gejala-gejala yang disebut degnan ARC (AIDS Relative Complex) Adapun gejala-gejala yang biasa nampak pada penderita AIDS adalah:
1. Lelah berkepanjangan
2. Sering demam (>38 °C)
3. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
4. Berat badan turun mencolok
Bagaimana Mencegah Tertularnya HIV/AIDS?
· Melakukan penyebarluasan informasi HIV/AIDS kepada teman, kelompok, dan keluarganya untuk mengurangi keresahan akibat berita yang salah dan menyesatkan.
· Menghindari atau mencegah penyebaran HIV/AIDS pada diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya dengan jalan antara lain:
1. Mempertebal iman dan taqwa agar tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual pra nikah dan di luar nikah serta berganti-ganti pasangan.
2. Hindari alat tercemar
  • Alat kedokteran disteril (disucihamakan) dengan betul
  • Jarum tindik,tato,alat salon harus steril
3. Penderita HIV/AIDS sadar untuk tidak menularkan penyakit pada orang lain
4. Hindarkan penyalahgunaan obat narkotika, alkoholisme dan segala bentuk pornografi yang dapat merangsang ke arah perbuatan seksual yang menyimpang.
5. Kalau suami istri sudah terinfeksi virus HIV, maka pakailah kondom dengan benar dalam melakukan hubungan seksual.
6. Melakukan tindakan pengamanan terhadap pencemaran virus HIV/AIDS melalui jarum suntik, transfusi darah, dan luka yang terbuka.
7. Bagi wanita pengidap virus HIV dianjurkan untuk tidak hamil.
2.3 Pengertian Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
2.4 Penyebab & Dampak Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Indonesia
a. penyebab pergaulan bebas
Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas & penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS ataupun kematian. Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia:
· Sikap mental yang tidak sehat, Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah hal berdampak negatif, contohnya dengan adanya pergaulan bebas.
· Pelampiasan rasa kecewa, Yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya terhadap orang tua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekanan terus menerus(baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
· Kegagalan remaja menyerap norma, Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi.
b. Dampak dari pergaulan bebas
Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.
2.5 Cara Mengatasi Pergaulan Bebas
Solusi atau cara Untuk Menyelesaikan Masalah Pergaulan Bebas ada beberapa hal yang harus dilakukan yakni :
1. Kita semua mengetahui peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering ‘didengungkan’ tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain daripada solusi di atas masih banyak solusi lainnya. Solusi-solusi tersebut adalah sebagai berikut: Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif.
2. Menjaga keseimbangan pola hidup. Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif
Selain usaha dari diri masing-masing sebenarnya pergaulan bebas dapat dikurangi apabila setiap orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif untuk memberikan motivasi positif dan memberikan sarana & prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya sehingga segalanya menjadi bermanfaat dalam kehidupan tiap remaja.
2.6 Hubungan Antara HIV dan Pergaulan Bebas
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas maka dari itu pergaulan bebas sangat menentukan terjangkitnya seseorang dengan penyakit HIV. Selain hilangnya kekebalan daya tubuh, pergaulan bebas juga dapat menyebabkan terjadinya kehamilan di luar nikah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ Sel T dan macrophage, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.
pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa.
pergaulan bebas itu tidak hanya sebatas bergaul melainkan terkadang mendorong untuk melakukan hal yang lebih tidak di sukai oleh agama, seperti, bercumbu rayu, berciuman dan bahkan terjebak dalam perzinahan. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim maka dampak dan bahayanya seperti itu. Penyebab maraknya pergaulan bebas karena sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa, dan kegagalan remaja menyerap norma.
Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan.
3.2 Saran
Pergaulan bebas tidak dapat dipandang remeh, karena pergaulan bebas dapat menjerumuskan para remaja. Melalui makalah ini, maka penulis menyarankan agar kita mampu memilih pergaulan yang pas buat kita, Karena jika kita salah pergaulan maka hal buruk yang akan menimpa kita.
DAFTAR PUSTAKA
……..http://luluvikar.wordpress.com/2009/08/26/peran-orang-tua-dalam-pencegahan-sex-bebas-bagi/
…….http://maroebeni.wordpress.com/2008/03/02/menanggulangi-bahaya-hiv-aids/

SEKS BEBAS DAN PERGAULAN REMAJA

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.
Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat. Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tak sedikit orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe “jarum super” alias jarang di rumah suka pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby sitter. Udah gedean dikit di sekolahin di sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama.
Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin dek-dekan jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar “sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar “bupati”, alias buka paha tinggi-tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif.

TIPS MENGHINDARKAN PERGAULAN BEBAS



Berita terkait persoalan NARKOBA, dari hari ke hari kian menghawatirkan. Media ibu kota Jakarta, semisal Pos Kota --tertanggal 7 Juni 2010, mengabarkan bahwa "data kepolisian mencatat pada 2010 penggunan narkoba di Jakarta mencapai 800 ribu orang. Dengan rata-rata usia konsumen 17 hingga 40 tahun."

Di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) anak mulai menginjak masa remaja. Masa di mana luapan rasa penasaran untuk mencoba segala hal sedang ada dalam puncak-puncaknya, juga masa di mana keinginan untuk mendapatkan pengakuan eksistensi dan penemuan jati dirinya sangatlah besar. Pada masa usia seperti itu, saya dihadapkan pada situasi teman-teman yang memiliki beragam kepribadian. Sebagian dari teman-teman yang dekat dengan saya adalah mereka yang sudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Sebagian dari mereka yang saya sebutkan itu adalah mereka-mereka yang sudah terlanjur mengalami kecanduan NARKOBA. Kondisi mereka, di sekolah, seringkali dikucilkan akibat para guru sering kali menyuruh teman-teman lainnya menjauhi mereka. Ayah saya juga hampir sama dengan para guru di sekolah, lebih banyak melarang saya bergaul dengan anak-anak yang akhlaknya jelek. Meskipun begitu, waktu itu saya memiliki pandangan berbeda dengan mereka. Saya lebih memahami pesan pokok dari ayah saya adalah tidak boleh terbawa oleh kebiasaan buruk merekanya, bukan masalah bergaulnya. Alasan utama kenapa saya tetap dekat dengan mereka, dilantarankan waktu itu saya memikirkan andaikan tidak ada satu pun orang baik yang mau mendekati mereka, tentu saja mereka yang jadi korban dari pergaulan buruk itu akan selamanya bergaul dengan orang-orang buruk (karena orang baik tidak mau mendekati mereka) dan akan terus menjadi korban sehingga akhlaknyapun kemungkinan besar tidak bakalan kunjung membaik. Berangkat dari pemikiran itu pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap bergaul dengan mereka dengan satu misi, ingin menyelamatkan mereka dari bahaya NARKOBA. Dan alhamdulillah, meskipun lingkungan pergaulan saya lebih banyak dilalui bersama anak-anak pengkonsumsi NARKOBA, saya selamat dari benda haram penuh kutukan tersebut.

Berangkat dari pengalaman saya yang sekian tahun bergaul dengan para pemakai dan pecandu, dengan banyak hujatan, celaan, buruk sangka dan alienasi yang harus saya hadapi meski saya menjalani pergaulan itu dengan niat baik dan tidak punya salah apa-apa dalam persoalan yang dialamatkan, keterselamatan saya dari pengaruh buruk pergaulan bagi saya pribadi adalah pengalaman berharga penuh hikmah. Saya ingin juga berbagi pengalaman di sini terkait langkah-langkah yang pernah saya lakukan hingga saya bisa tidak terpengaruh oleh bahaya pergaulan. Merujuk pada semua pengalaman pribadi saya sendiri, Ada beberapa langkah yang pernah saya lakukan. langkah langkah itu diantaranya;



  • Jika saudara tidak ingin mengekang pergaulan anak namun tidak mau juga anaknya jadi korban pergaulan, maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh para orang tua adalah menyadarkan anaknya mengenai peran yang harus dijalani oleh mereka. Tekankan pada si anak bahwa dalam bergaul mereka jangan menjadi objek pergaulan, melainkan harus jadi subjek yang berusaha mewarnai lingkungan pergaulannya menjadi baik, mengajak para temannya untuk melakukan hal-hal baik bukan menjadi korban ajakan jelek teman-temannya. Jika para orang tua melihat ketidak mampuan anaknya bisa menjadi subjek dalam pergaulan maka lebih baik tekankan kepada si anak untuk tidak coba-coba bergaul dengan mereka yang jelek.



  • Beri anak peringatan untuk tidak mencoba atau mencicipi NARKOBA barang sekali atau sedikit pun. Kebanyakan para korban NARKOBA adalah mereka yang memberanikan diri mencobanya. Bahaya yang pernah mencoba, meskipun ada juga yang tidak mau mencobanya kembali, biasanya merasa lebih mudah untuk mengkonsumsinya kembali apabila mendapat suatu masalah. Kesulitan saya memberhentikan teman-teman yang suka mengkonsumsi NARKOBA secara 100% adalah diakibatkan dari adanya perasaan tidak keberatan dalam diri mereka untuk kembali mengkonsumsinya apabila mereka tengah menghadapi permasalahan hidup.



  • Jelaskan pada si anak mengenai dampak dan konsekuensi yang akan dihadapi olehnya apabila mengkonsumsi NARKOBA, baik berupa ajaran dari Agama, kesehatan, hukum pemerintah, maupun dampak penilaian buruk dari masyarakat yang tidak hanya akan mencoreng nama baik dirinya tapi juga nama baik keluarga.



  • Latar belakang lain selain akibat dari dorongan keinginan pribadi, korban NARKOBA juga kebanyakan diakibatkan dari kondisi anak yang broken home. Mayoritas yang jadi latar belakang terjadinya broken home dari beberapa curhatan teman-teman saya yang pernah mengalaminya adalah karena banyaknya konplik dalam keluarga yang berkepanjangan juga tidak adanya kemesraan komunikasi antara orang tua dengan anaknya. Jika orang tua sudah mengidentifikasi bahwa mereka tidak mampu membina komunikasi dengan anaknya hingga tidak tahu persoalan-persoalan pokok yang mendorongnya untuk mengkonsumsi NARKOBA, carilah orang yang bisa menjadi jembatan komunikasi, antara kita dan anak, apakah itu teman dekatnya ataupun orang yang bisa didengar pembicaraannya oleh si anak, sehingga miskomunikasi bisa segera diselesaikan.



  • Jika saudara menghadapi anak atau teman sudah dalam kondisi pecandu berat dan dia mau melakukan berhenti dari kelakuannya, biasanya usaha untuk berhentinya suka terganjal oleh kondisi sakaw (maaf kalau salah tulis istilah ini) yang sangat ditakuti oleh para pecandu. Langkah pertolongan berarti dari kita, jika tidak dibawa ke rumah sakit, adalah dengan cara terus memberi motifasi bahwa mereka mampu untuk berhenti dan pastikan bahwa mereka bisa selamat dari sakaw. Berikan saran pada si penderita bahwa niat mereka untuk berhenti harus kuat, karena dengan memperkuat niat sesuatu bisa dilalui dengan mudah. Contoh kongkrit dari persoalan niat ini adalah kondisi shaum di bulan ramadhan. Pada hakikatnya para pecandu rokok yang sudah mengatakan beratus-ratus kali bahwa dirinya tidak bisa berhenti merokok itu kenyataannya mereka bisa saja berhenti merokok diwaktu puasa. Bisanya mereka berhenti pada saat puasa adalah adalah buah dari ketebalan dan kekuatan niat yang mereka miliki untuk berpuasa.


  • Langkah-langkah di atas adalah langkah yang pernah saya lakukan dan alhamdulillah telah terasa keberhasilannya, semoga para pembaca pun dapat merasakan hasil yang sama. Dan perlu ditekankan pula di sini bahwa isi dari semua tulisan saya di sini adalah berdasarkan pada pengalaman, oleh sebab itu mohon maaf apabila banyak kekurangan.

    SEMOGA BERMANFAAT…

    Sabtu, 21 April 2012

    SEKS BEBAS MERENGUT NYAWA DAN MASA DEPAN DIRI SENDIRI


    Pencegahan HIV/AIDS Jangan Cuma Fokus pada Pekerja Seks - Program pencegahan HIV/AIDS jangan hanya fokus pada pekerja seks. Demikian diungkapkan Manager Program Aksi Stop AIDS (ASA) Lembaga Kalandara, Muhammad Yusuf di Semarang, Rabu. "Sebab, jumlah penderita HIV/AIDS terus bertambah, sementara pencegahan hanya difokuskan pada pekerja seks," katanya usai lokakarya Pencegahan infeksi menular seksual (IMS), HIV, dan AIDS pada Unsur Maritim Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Ia mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), jumlah penderita yang terinfeksi HIV dan AIDS yang dilaporkan dari April 1987 hingga Desember 2008, sebanyak 6554 penderita terinfeksi HIV dan 16.110 orang menderita AIDS," kata dia. Kondisi serupa juga terjadi di Jateng, berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah (Jateng), dari tahun 1993 hingga tahun 2008, tercatat kasus HIV/AIDS sebanyak 1915 penderita, dengan perincian sebanyak 1375 penderita HIV, 540 penderita AIDS, serta yang telah meninggal dunia sebanyak 215 orang, kata Muhammad. Ia menjelaskan, angka tersebut bisa saja terus bertambah, apabila upaya pencegahan penularan HIV/AIDS hanya terfokus pada pekerja seks, dan tidak diupayakan secara menyeluruh, misalnya pada laki-laki yang beresiko dan pelanggan pekerja seks. Berdasarkan data Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) pada tahun 2007, angka prevelensi infeksi sifilis pada laki-laki beresiko di Jateng menempati urutan kedua setelah Jawa Timur (Jatim), yakni sebesar 8,3 persen. Menurut dia, hal tersebut tidak mengherankan, sebab letak geografis Kota Semarang yang merupakan kota pelabuhan, menjadi jalur perlintasan perdagangan, baik melalui darat dan laut, sehingga semakin memperkuat keberadaan sebaran laki-laki beresiko tinggi. "Misalnya, mereka yang berprofesi sebagai anak buah kapal (ABK), tenaga kerja bongkar muat, para sopir dan kernet di pelabuhan, dan sebagainya," katanya. Alasannya, profesi tersebut menuntut seorang laki-laki menjadi "men mobile with money" dan jauh dari pasangan. "Akibatnya, rentan menjadi klien para pekerja seks," katanya. Sementara itu, dr. Chamidah dari Upaya Kesehatan Pelabuhan Semarang, menambahkan, berdasarkan data dari 13 sarana pelayanan kesehatan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, mencatat penderita penyakit kelamin sebanyak 108 kasus pada tahun 2008. "Sedangkan, untuk HIV sampai saat ini masih nihil," katanya. Perilaku Seksual Remaja Perilaku seksual kaum remaja pada dasarnya sama seperti orang dewasa. Meredakan nafsu seksual yang mengganggu itu terkadang memang menjadi masalah bagi para remaja karena seringkali menyebabkan mereka tidak berkonsentrasi dalam pelajarannya. Salah satu bentuk pelampiasannya adalah melalui onani. Onani adalah suatu cara mencapai kepuasan dengan cara merangsang diri sendiri, terutama organ kemaluannya, dan biasanya para remaja akan mengalami kepuasan setelah melakukannya. Perilaku onani bisa timbul karena ketegangan seks pada saat pubertas. Pada umumnya keadaan itu timbul pada pria yang belum menikah karena dorongan seksual yang begitu besar. Ditinjau dari ilmu kesehatan atau medis, onani sebenarnya?perilaku yang normal dan bisa terjadi pada aktivitas seksual seseorang. Onani juga merupakan perbuatan yang bersifat alamiah dan manusiawi serta wajar jika seseorang melakukannya. Secara fisik, sebenarnya tidak ada akibat buruk yang bisa ditimbulkan karena melakukan onani. Bagi remaja yang merasa terganggu dengan kebiasaan melakukan onani dan ingin menghilangkan kebiasaan tersebut harus mempunyai kemauan dan alasan yang kuat untuk menghentikannya. Sebaiknya hindari pula rangsangan seksual, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Selain itu, lebih memperbanyak melakukan kegiatan yang positif baik secara fisik maupun mental. Bagi remaja yang mungkin menganggap onani adalah suatu perbuatan dosa, seharusnya tidak melakukannya lagi karena mereka akan selalu dihantui oleh perasaan itu. Cobalah untuk minta nasehat pada pemuka agama atau orang tua yang lebih memahami tentang hal tersebut agar pandangan yang salah tentang onani dapat diluruskan. Perlu diketahui, lebih dari 90% pria pernah melakukan onani. Bahkan frekuensi onani pada pria dewasa berkisar antara 2 hingga 3 kali seminggu. Jadi bolehkah seorang pria melakukan onani? Jawabannya sebenarnya tergantung pada tiap pribadi seseorang. Jika memang ingin lebih yakin, bisa saja menanyakannya pada ahli medis, orang tua, maupun pemuka agama agar jawabannya lebih sesuai dengan diri pribadi. sumber:info-sehat.com — Pekerja pelabuhan yang kebanyakan terdiri dari laki-laki rentan terhadap HIV/AIDS karena memiliki perilaku seks berisiko. Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran mereka untuk memeriksakan diri. Hal itu terungkap dalam Lokakarya Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV, dan AIDS, di Kota Semarang, Rabu (15/4). Acara ini diselenggarakan Kalandara, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS. Selama rentang waktu 2006-2009, Kalandara meneliti pekerja pelabuhan Tanjung Emas yang terdiri atas anak buah kapal (ABK), tenaga kerja bongkar muat, pengemudi truk dan kernet, dan pengendara ojek. Manajer Program Kalandara Muhammad Yusuf mengakui, pekerja pelabuhan merupakan laki-laki yang memiliki tingkat mobilitas cukup tinggi sehingga memiliki perilaku seks berisiko yang rentan terhadap IMS, HIV, dan AIDS. "Apalagi, mereka jauh dari tempat tinggalnya dan jarang bertemu istri," ujar Yusuf. Dari hasil penelitian Kalandara terhadap 50 tenaga kerja bongkar muat, 68 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 42 persen di antaranya tidak pernah menggunakan kondom. Adapun hasil penelitian terhadap 50 pengemudi truk, 90 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 74 persen di antaranya tidak menggunakan kondom. Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran memeriksakan diri. Sebanyak 54 persen tenaga kerja bongkar muat dan 96 persen pengemudi truk tidak pernah memeriksakan kesehatan. "Laki-laki berisiko ini tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi berpotensi untuk menularkan kepada istri dan anaknya," kata Yusuf. Kepala Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tanjung Emas Ramses Peter Sihombing mengakui, minimnya kesadaran para pekerja pelabuhan untuk memeriksakan kesehatan disebabkan budaya malu yang justru dapat merugikan diri sendiri. Kepala Kantor Administrasi Pelabuhan Tanjung Emas Erwin Rosmali mengatakan, sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS terhadap pekerja pelabuhan penting dilakukan sebagai bentuk penyadaran. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Pelabuhan Hamidah, terdapat 108 penderita IMS yang memeriksakan diri ke 13 klinik di sekitar pelabuhan. "Hal ini mesti diwaspadai karena penderita IMS berpotensi terkena HIV/AIDS," ucapnya. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah sejak tahun 1993-2008, terdapat 1.915 kasus HIV/AIDS antara lain 1.375 kasus HIV dan 540 AIDS yang menyebabkan 215 orang meninggal. Namun, Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi KPA Jateng Sigit Setya Budi mengatakan, jumlah tersebut lebih kecil dari estimasi KPA Nasional terhadap pengidap HIV/ AIDS di Jateng yang mencapai sekitar 8.000 orang. Kasus HIV/AIDS Cenderung Meningkat - Penemuan kasus HIV/AIDS di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung meningkat setiap tahun, hingga Maret 2009 tercatat 236 kasus, sebanyak 146 kasus di antaranya HIV positif dan 91 kasus AIDS. Gubernur NTB, HM Zainul Majdi dalam sambutan tertulis dibacakan Staf Ahli Gubernur bidang Pendidikan dan Kesehatan, H Soedaryanto, SKM di Mataram, Rabu mengatakan, kasus HIV tersebut meningkat dibandingkan 2008 sebanyak 134 kasus. "Begitu pula kasus AIDS meningkat dibandingkan 2008 sebanyak 78 kasus. Dari 91 kasus AIDS pada 2009 tercatat 56 penderita meninggal dunia," katanya pada acara Rapat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Sosialisasi Perda Penanggulangan HIV/AIDS. Ia mengatakan, jika dicermati lebih jauh, dari penemuan kasus HIV/AIDS tersebut dapat diketahui bahwa kelompok umur terbanyak yang berisiko tinggi HIV/AIDS adalah kelompok usia produktif, yakni usia 20-40 tahun. "Selain itu juga ditemukan kelompok usia termuda, yakni tiga kasus HIV pada usia 1-4 tahun dan satu kasus AIDS pada usia 0-1 tahun," katanya. Ia mengatakan, dari segi profesi terjadi kecenderungan bahwa pada pekerja swasta merupakan golongan terbanyak tertular kasus HIV, yakni 45 orang dari 33 orang untuk kasus AIDS. "Kasus HIV juga ditemukan pada golongan ibu rumah tangga yang sebanyak 17 orang dan AIDS 11 orang serta golongan yang tidak bekerja 22 orang untuk kasus HIV dan 27 orang AIDS," ujarnya. Menurut dia, berdasarkan faktor risiko, peringkat pertama penularan HIV/AIDS disebabkan perilaku heteroseksual sebanyak 114 orang disusul pengguna jarum suntik 80 kasus, karena tidak tahu 22 kasus dan akibat homoseksual delapan kasus serta perinatal sebanyak tujuh kasus. "Perkembangan kasus HIV dan AIDS itu cukup mengkhawatir, karena itu menjadi tugas kita untuk menyatukan langkah dan pemahaman mengenai berbagai program pencegahan kasus HIV/AIDS," katanya. Menurut dia, dalam hal ini dibutukan surveilans, seperti sistem pencatatan dan pelaporan yang sistematis untuk terus memantau penemuan kasus yang kemungkinan meningkat dari waktu ke waktu. "Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan penanggulangan HIV/AIDS tergantung dari komitmen politik dan kesungguhan pemerintah khususnya pemerintahan terdepan, seperti RT, dusun, desa/kelurahan sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan masyakarat," katanya. Hal ini disebabkan penyebaran HIV/AIDS bukan semata-mata masalah kesehatan, tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, agama dan hukum yang pada akhirnya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Ia mengatakan, untuk meningkatkan upaya penanggulangan HIV/AIDS di NTB , KPA provinsi telah menghasilkan beberapa capaian, antara lain berupa Perda 11/2008 tentang Pencegahan dan Penggulangan HIV AIDS, strategi daerah penanggulangan HIV/AIDS dan rencana aksi daerah penanggulangan HIV/AIDS dengan melibatkan dinas/instansi terkait, LSM, akademisi, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Suami Suka "Nembak" di Luar, Anak Istri Terkena HIV/AIDS — Sebanyak lima balita di Provinsi Banten, positif tertular HIV/AIDS dari ibu kandungnya sehingga mereka kini ditangani intensif di Klinik Voluntary Counseling Treatment (VCT) dan Care Support and Treatment (CST) RSUD Serang. "Saat ini epidemi HIV/AIDS sudah mengancam ibu rumah tangga dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tertular HIV/AIDS," kata penanggung jawab Klinik Teratai VCT/CST RSUD Serang, dr Santoso Edi Budiono, Senin. Santoso mengatakan, saat ini balita dan 10 ibu rumah tangga yang tertular HIV terus diawasi karena bisa menularkannya kepada keluarga dan orang lain. Ibu rumah tangga itu menjadi korban HIV/AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan atau pecandu narkoba. Sedangkan tiga bayi yang dilahirkan bisa diselamatkan karena telah dilakukan pencegahan ketika bayi masih dalam kandungan memberikan obat, melahirkan melalui operasi caesar, dan mengganti Air Susu Ibu (ASI) dengan susu formula. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada ibu rumah tangga yang positif HIV/AIDS jika ingin melahirkan terlebih dulu berkonsultasi dengan petugas agar dapat dicegah penularan virus HIV/AIDS. Dia mengimbau kepada berbagai elemen masyarakat agar melakukan pencegahan penyakit HIV/AIDS dengan tidak mengonsumsi narkoba, menggunakan jarum suntik bekas, dan hubungan seks yang gonta-ganti pasangan. Sebagian besar penularan HIV/AIDS disebabkan jarum suntik, narkoba, hubungan seks dengan mereka yang sudah terkena HIV/AIDS, dan melalui transfusi darah. Selain itu, pihaknya menyarankan kepada laki-laki untuk menggunakan kondom karena kondom bisa mencegah risiko penularan HIV/AIDS. "Selama ini, ujar dia, penderita HIV/AIDS sekitar 92 persen berasal dari kaum laki-laki dan setiap tahun terus mengalami peningkatan. Saya kira untuk mencegah HIV/AIDS masyarakat harus membangun paradigma hidup sehat," katanya.