Translate

Sabtu, 21 April 2012

SEKS BEBAS MERENGUT NYAWA DAN MASA DEPAN DIRI SENDIRI


Pencegahan HIV/AIDS Jangan Cuma Fokus pada Pekerja Seks - Program pencegahan HIV/AIDS jangan hanya fokus pada pekerja seks. Demikian diungkapkan Manager Program Aksi Stop AIDS (ASA) Lembaga Kalandara, Muhammad Yusuf di Semarang, Rabu. "Sebab, jumlah penderita HIV/AIDS terus bertambah, sementara pencegahan hanya difokuskan pada pekerja seks," katanya usai lokakarya Pencegahan infeksi menular seksual (IMS), HIV, dan AIDS pada Unsur Maritim Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Ia mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), jumlah penderita yang terinfeksi HIV dan AIDS yang dilaporkan dari April 1987 hingga Desember 2008, sebanyak 6554 penderita terinfeksi HIV dan 16.110 orang menderita AIDS," kata dia. Kondisi serupa juga terjadi di Jateng, berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah (Jateng), dari tahun 1993 hingga tahun 2008, tercatat kasus HIV/AIDS sebanyak 1915 penderita, dengan perincian sebanyak 1375 penderita HIV, 540 penderita AIDS, serta yang telah meninggal dunia sebanyak 215 orang, kata Muhammad. Ia menjelaskan, angka tersebut bisa saja terus bertambah, apabila upaya pencegahan penularan HIV/AIDS hanya terfokus pada pekerja seks, dan tidak diupayakan secara menyeluruh, misalnya pada laki-laki yang beresiko dan pelanggan pekerja seks. Berdasarkan data Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) pada tahun 2007, angka prevelensi infeksi sifilis pada laki-laki beresiko di Jateng menempati urutan kedua setelah Jawa Timur (Jatim), yakni sebesar 8,3 persen. Menurut dia, hal tersebut tidak mengherankan, sebab letak geografis Kota Semarang yang merupakan kota pelabuhan, menjadi jalur perlintasan perdagangan, baik melalui darat dan laut, sehingga semakin memperkuat keberadaan sebaran laki-laki beresiko tinggi. "Misalnya, mereka yang berprofesi sebagai anak buah kapal (ABK), tenaga kerja bongkar muat, para sopir dan kernet di pelabuhan, dan sebagainya," katanya. Alasannya, profesi tersebut menuntut seorang laki-laki menjadi "men mobile with money" dan jauh dari pasangan. "Akibatnya, rentan menjadi klien para pekerja seks," katanya. Sementara itu, dr. Chamidah dari Upaya Kesehatan Pelabuhan Semarang, menambahkan, berdasarkan data dari 13 sarana pelayanan kesehatan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, mencatat penderita penyakit kelamin sebanyak 108 kasus pada tahun 2008. "Sedangkan, untuk HIV sampai saat ini masih nihil," katanya. Perilaku Seksual Remaja Perilaku seksual kaum remaja pada dasarnya sama seperti orang dewasa. Meredakan nafsu seksual yang mengganggu itu terkadang memang menjadi masalah bagi para remaja karena seringkali menyebabkan mereka tidak berkonsentrasi dalam pelajarannya. Salah satu bentuk pelampiasannya adalah melalui onani. Onani adalah suatu cara mencapai kepuasan dengan cara merangsang diri sendiri, terutama organ kemaluannya, dan biasanya para remaja akan mengalami kepuasan setelah melakukannya. Perilaku onani bisa timbul karena ketegangan seks pada saat pubertas. Pada umumnya keadaan itu timbul pada pria yang belum menikah karena dorongan seksual yang begitu besar. Ditinjau dari ilmu kesehatan atau medis, onani sebenarnya?perilaku yang normal dan bisa terjadi pada aktivitas seksual seseorang. Onani juga merupakan perbuatan yang bersifat alamiah dan manusiawi serta wajar jika seseorang melakukannya. Secara fisik, sebenarnya tidak ada akibat buruk yang bisa ditimbulkan karena melakukan onani. Bagi remaja yang merasa terganggu dengan kebiasaan melakukan onani dan ingin menghilangkan kebiasaan tersebut harus mempunyai kemauan dan alasan yang kuat untuk menghentikannya. Sebaiknya hindari pula rangsangan seksual, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Selain itu, lebih memperbanyak melakukan kegiatan yang positif baik secara fisik maupun mental. Bagi remaja yang mungkin menganggap onani adalah suatu perbuatan dosa, seharusnya tidak melakukannya lagi karena mereka akan selalu dihantui oleh perasaan itu. Cobalah untuk minta nasehat pada pemuka agama atau orang tua yang lebih memahami tentang hal tersebut agar pandangan yang salah tentang onani dapat diluruskan. Perlu diketahui, lebih dari 90% pria pernah melakukan onani. Bahkan frekuensi onani pada pria dewasa berkisar antara 2 hingga 3 kali seminggu. Jadi bolehkah seorang pria melakukan onani? Jawabannya sebenarnya tergantung pada tiap pribadi seseorang. Jika memang ingin lebih yakin, bisa saja menanyakannya pada ahli medis, orang tua, maupun pemuka agama agar jawabannya lebih sesuai dengan diri pribadi. sumber:info-sehat.com — Pekerja pelabuhan yang kebanyakan terdiri dari laki-laki rentan terhadap HIV/AIDS karena memiliki perilaku seks berisiko. Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran mereka untuk memeriksakan diri. Hal itu terungkap dalam Lokakarya Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV, dan AIDS, di Kota Semarang, Rabu (15/4). Acara ini diselenggarakan Kalandara, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS. Selama rentang waktu 2006-2009, Kalandara meneliti pekerja pelabuhan Tanjung Emas yang terdiri atas anak buah kapal (ABK), tenaga kerja bongkar muat, pengemudi truk dan kernet, dan pengendara ojek. Manajer Program Kalandara Muhammad Yusuf mengakui, pekerja pelabuhan merupakan laki-laki yang memiliki tingkat mobilitas cukup tinggi sehingga memiliki perilaku seks berisiko yang rentan terhadap IMS, HIV, dan AIDS. "Apalagi, mereka jauh dari tempat tinggalnya dan jarang bertemu istri," ujar Yusuf. Dari hasil penelitian Kalandara terhadap 50 tenaga kerja bongkar muat, 68 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 42 persen di antaranya tidak pernah menggunakan kondom. Adapun hasil penelitian terhadap 50 pengemudi truk, 90 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 74 persen di antaranya tidak menggunakan kondom. Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran memeriksakan diri. Sebanyak 54 persen tenaga kerja bongkar muat dan 96 persen pengemudi truk tidak pernah memeriksakan kesehatan. "Laki-laki berisiko ini tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi berpotensi untuk menularkan kepada istri dan anaknya," kata Yusuf. Kepala Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tanjung Emas Ramses Peter Sihombing mengakui, minimnya kesadaran para pekerja pelabuhan untuk memeriksakan kesehatan disebabkan budaya malu yang justru dapat merugikan diri sendiri. Kepala Kantor Administrasi Pelabuhan Tanjung Emas Erwin Rosmali mengatakan, sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS terhadap pekerja pelabuhan penting dilakukan sebagai bentuk penyadaran. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Pelabuhan Hamidah, terdapat 108 penderita IMS yang memeriksakan diri ke 13 klinik di sekitar pelabuhan. "Hal ini mesti diwaspadai karena penderita IMS berpotensi terkena HIV/AIDS," ucapnya. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah sejak tahun 1993-2008, terdapat 1.915 kasus HIV/AIDS antara lain 1.375 kasus HIV dan 540 AIDS yang menyebabkan 215 orang meninggal. Namun, Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi KPA Jateng Sigit Setya Budi mengatakan, jumlah tersebut lebih kecil dari estimasi KPA Nasional terhadap pengidap HIV/ AIDS di Jateng yang mencapai sekitar 8.000 orang. Kasus HIV/AIDS Cenderung Meningkat - Penemuan kasus HIV/AIDS di Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung meningkat setiap tahun, hingga Maret 2009 tercatat 236 kasus, sebanyak 146 kasus di antaranya HIV positif dan 91 kasus AIDS. Gubernur NTB, HM Zainul Majdi dalam sambutan tertulis dibacakan Staf Ahli Gubernur bidang Pendidikan dan Kesehatan, H Soedaryanto, SKM di Mataram, Rabu mengatakan, kasus HIV tersebut meningkat dibandingkan 2008 sebanyak 134 kasus. "Begitu pula kasus AIDS meningkat dibandingkan 2008 sebanyak 78 kasus. Dari 91 kasus AIDS pada 2009 tercatat 56 penderita meninggal dunia," katanya pada acara Rapat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Sosialisasi Perda Penanggulangan HIV/AIDS. Ia mengatakan, jika dicermati lebih jauh, dari penemuan kasus HIV/AIDS tersebut dapat diketahui bahwa kelompok umur terbanyak yang berisiko tinggi HIV/AIDS adalah kelompok usia produktif, yakni usia 20-40 tahun. "Selain itu juga ditemukan kelompok usia termuda, yakni tiga kasus HIV pada usia 1-4 tahun dan satu kasus AIDS pada usia 0-1 tahun," katanya. Ia mengatakan, dari segi profesi terjadi kecenderungan bahwa pada pekerja swasta merupakan golongan terbanyak tertular kasus HIV, yakni 45 orang dari 33 orang untuk kasus AIDS. "Kasus HIV juga ditemukan pada golongan ibu rumah tangga yang sebanyak 17 orang dan AIDS 11 orang serta golongan yang tidak bekerja 22 orang untuk kasus HIV dan 27 orang AIDS," ujarnya. Menurut dia, berdasarkan faktor risiko, peringkat pertama penularan HIV/AIDS disebabkan perilaku heteroseksual sebanyak 114 orang disusul pengguna jarum suntik 80 kasus, karena tidak tahu 22 kasus dan akibat homoseksual delapan kasus serta perinatal sebanyak tujuh kasus. "Perkembangan kasus HIV dan AIDS itu cukup mengkhawatir, karena itu menjadi tugas kita untuk menyatukan langkah dan pemahaman mengenai berbagai program pencegahan kasus HIV/AIDS," katanya. Menurut dia, dalam hal ini dibutukan surveilans, seperti sistem pencatatan dan pelaporan yang sistematis untuk terus memantau penemuan kasus yang kemungkinan meningkat dari waktu ke waktu. "Pengalaman menunjukkan bahwa keberhasilan penanggulangan HIV/AIDS tergantung dari komitmen politik dan kesungguhan pemerintah khususnya pemerintahan terdepan, seperti RT, dusun, desa/kelurahan sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan masyakarat," katanya. Hal ini disebabkan penyebaran HIV/AIDS bukan semata-mata masalah kesehatan, tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, agama dan hukum yang pada akhirnya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Ia mengatakan, untuk meningkatkan upaya penanggulangan HIV/AIDS di NTB , KPA provinsi telah menghasilkan beberapa capaian, antara lain berupa Perda 11/2008 tentang Pencegahan dan Penggulangan HIV AIDS, strategi daerah penanggulangan HIV/AIDS dan rencana aksi daerah penanggulangan HIV/AIDS dengan melibatkan dinas/instansi terkait, LSM, akademisi, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Suami Suka "Nembak" di Luar, Anak Istri Terkena HIV/AIDS — Sebanyak lima balita di Provinsi Banten, positif tertular HIV/AIDS dari ibu kandungnya sehingga mereka kini ditangani intensif di Klinik Voluntary Counseling Treatment (VCT) dan Care Support and Treatment (CST) RSUD Serang. "Saat ini epidemi HIV/AIDS sudah mengancam ibu rumah tangga dan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tertular HIV/AIDS," kata penanggung jawab Klinik Teratai VCT/CST RSUD Serang, dr Santoso Edi Budiono, Senin. Santoso mengatakan, saat ini balita dan 10 ibu rumah tangga yang tertular HIV terus diawasi karena bisa menularkannya kepada keluarga dan orang lain. Ibu rumah tangga itu menjadi korban HIV/AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan atau pecandu narkoba. Sedangkan tiga bayi yang dilahirkan bisa diselamatkan karena telah dilakukan pencegahan ketika bayi masih dalam kandungan memberikan obat, melahirkan melalui operasi caesar, dan mengganti Air Susu Ibu (ASI) dengan susu formula. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada ibu rumah tangga yang positif HIV/AIDS jika ingin melahirkan terlebih dulu berkonsultasi dengan petugas agar dapat dicegah penularan virus HIV/AIDS. Dia mengimbau kepada berbagai elemen masyarakat agar melakukan pencegahan penyakit HIV/AIDS dengan tidak mengonsumsi narkoba, menggunakan jarum suntik bekas, dan hubungan seks yang gonta-ganti pasangan. Sebagian besar penularan HIV/AIDS disebabkan jarum suntik, narkoba, hubungan seks dengan mereka yang sudah terkena HIV/AIDS, dan melalui transfusi darah. Selain itu, pihaknya menyarankan kepada laki-laki untuk menggunakan kondom karena kondom bisa mencegah risiko penularan HIV/AIDS. "Selama ini, ujar dia, penderita HIV/AIDS sekitar 92 persen berasal dari kaum laki-laki dan setiap tahun terus mengalami peningkatan. Saya kira untuk mencegah HIV/AIDS masyarakat harus membangun paradigma hidup sehat," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar