PERSIAPAN
PERNIKAHAN BAGI REMAJA
Oleh
BENEDIKTUS JALENG
Sekretaris
PIK-M Uniflor
PUSAT INFORMASI DAN KONSELING (PIK)
- MAHASISWA
UNIVERSITAS FLORES
PERIODE 2011/2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Remaja merupakan pemimpin masa depan. Berbagai upaya
pendidikan dilakukan agar remaja mempunyai bekal pengetahuan, mempunyai sopan
santun, agama dan peka terhadap lingkungan, serta mampu mengembangkan potensi
agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian remaja
yang telah memperoleh pendidikan yang
baik diharapkan akan mengembangkan diri secara mantap dan mampu mewujudkan
perilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Hasil survey (Pikiranrakyat.com) pada tahun 2008
dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat menyebutkan
39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah
berhubungan seks senelum nikah. Bahkan menurut survey yang pernahy dimuat di
detik.com tahun 2009 sebanyak 22,6% remaja Indonesia penganut seks bebas. Hasil
penelitian tersebut menunjukan begitu rendahya kualitas moral, kesadaran
beragama, dan kesiapan membentuk keluarga pada diri remaja yang seharusnya
sudah tertanam sesuai dengan tugas perkembangannya.Kondisi seperti ini
memerlukan upaya-upaya yang optimal guna mempersiapkan sumberdaya manusia yang
berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif termasuk membantu menyiapkan
kesiapan diri dan meningkatkan pemahaman remaja dalam menghadapi kehidupan
pernikahan.
Untuk itu perlu adanya layanan dalam memberikan arahan
dan petunjuk kepada remaja dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarganya yang
dapat dijadikan sebagai salah satu jalan dalam memmbentuk masa depan remaja
yang sesuai dengan norma yang berlaku dan dapat menjadi generasi penerus bangsa
yang dapat diandalkan. Bagi remaja, mewujudkan perilaku yang mantap dan sesuai
dengan lingkungan bukanlah suatu hal yang mudah. Kondisi fisik, kemajuan
teknologi, dan lingkungan terutama keluarga, mempunyai pengaruh yang cukup
besar dalam proses pembentukan perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Erikson dalam Makmun (2000:84) mengemukakan bahwa pada
tahap remaja (adolescence) berada pada keadaan identity vs identity confusion.
Keadaan ini lazim dikenal dengan masa sturm and drang (angin dan topan), dimana
remaja dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan: siapa sebenarnya aku ini? Akan
menjadi apa nanti? Apa peranku sebagai anggota masyarakat?. Kalau remaja mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan bekal kepecayaan pada lingkungan,
kemandirian, inisiatif, kepercayaan atas kemampuan dan kecakapannya, maka
remaja akan mampu mengintegrasikan seluruh unsur-unsur kepribadiannya. Dengan
kata lain, remaja akan menemukan identitas/jati dirinya, dan sebaliknya, jika
tidak remaja akan berada dalam kebingungan dan kekacauan(confusion).
Witherington dalam Makmun (2000: 84) mengemukakan bahwa usia 12-15 tahun
merupakan tahapawal penyesuaian social; setelah usia 15-18 tahun merupakan
tahap awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan diikuti sampai dewasa.
Havighurst (Makmun, 2000:112) menyusun fase-fase perkembangan kebutuhan secara
hipotesis yang harus dipenuhi atau yang dikuasai remaja agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya.Salah satu perilaku khas dalam pencapaian
tugas perkembangan remaja serta penting dikuasai remaja adalah mempersiapkan
diri bagi persiapan perkawinan dan berkeluarga.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang permasalahan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut.
1.
Apa itu pernikahan ?
2.apa
ituremaja dan perkembangan remaja?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pernikahan dan penyesuaiannya?
2.
Untuk mengetahui remaja dan perkembangan remaja
3.
Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini.
4.
Untuk mengetahui macam-macam perspektif pernikahan
BAB
II
PEMBAHASAN
Pernikahan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dianggap sah
apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan
serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.
Perkawinan adalah salah satu
bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami
maupun istri.Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia
sejahtera dan kekal selamanya.Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan
fisik dan mental karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat
menentukan jalan hidup seseorang.
Penyesuaian
pernikahan
Penyesuaian dapat didefinisikan
sebagai interaksi seseorang yang kontinudengan diri sendiri, dengan orang lain,
dan dengan dunia anda (Calhoun &Acocella, 1995). Interaksi dengan diri
sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apayang telah ada pada seseorang : tubuh,
perilaku, dan pemikiran serta perasaaandiri sendiri adalah sesuatu yang
dihadapi individu setiap detik. Interaksi dengan orang lain, jelas berpengaruh
pada individu, sebagaimana individu jugaberpengaruh terhadap orang lain.
Interaksi dengan dunia kita, penglihatan danpenciuman serta suara yang
mengelilingi seseorang saat ia menyelesaikanurusannya, mempengaruhi diri
sendiri dan dunia atau lingkungannya. Penyesuaianjuga merupakan suatu proses
psikologis dimana seseorang mengatur ataumemenuhi keinginan dan tantangan dan
kehidupan sehari-hari (Witten & Lloyd,2006). Salah satu bentuk penyesuaian
diri adalah penyesuaian terhadappernikahan.
Penyesuaian pernikahan adalah
suatu ”state” dimana seluruh perasaanbahagia dan kepuasan suami dan
istri terhadap pernikahan mereka dan antaramereka berdua. Pasangan yang menikah
memiliki banyak harapan, yangterkadang realistis tapi ada yang tidak realistis.
Penyesuaian pernikahan menuntut adanya kematangan dan tumbuh serta
berkembangnya pengertian diantara pasangan (Hashmi, Khurshid, Hassan, 2006)
Bentuk-bentuk
Penyesuaian Diri dalam Pernikahan
Penyesuaian diri dalam pernikahan
memiliki beberapa area yang akandilalui, seperti agama, kehidupan sosial, teman
yang menguntungkan, hukum,keuangan, dan seksual. Hurlock (1999) juga mengatakan
bahwa dari sekianbanyak masalah penyesuaian diri dalam pernikahan , ada empat
hal pokok yangpaling umum dan paling penting dalam menciptakan kebahagiaan
pernikahan.
Empat hal itu adalah :
Penyesuaian dengan pasanganMasalah yang paling penting yang pertama kali harus
dihadapi saat seseorangmemasuki dunia pernikahan adalah penyesuaian dengan
pasangan (istri maupunsuaminya). Semakin banyak pengalaman dalam hubungan
interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh dimasa lalu, makin besar
pengertian dan wawasansosial mereka sehingga memudahkan dalam penyesuaian
dengan pasangan.Halini juga terjadi pada remaja putri yang menikah dini.Hurlock
(1999) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhipenyesuaian terhadap
pasangan. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Konsep pasangan ideal.
Pada saat memilih pasangan, baik
pria maupun wanita sampai pada waktutertentu dibimbing oleh konsep pasangan
ideal yang dibentuk selama masadewasa.Semakin seseorang terlatih menyesuaikan
diri terhadap realitas makasemakin sulit penyesuaian yang dilakukan terhadap
pasangan.
b. Pemenuhan kebutuhan
Apabila penyesuaian yang baik
dilakukan, pasangan harus memenuhikebutuhan yang berasal dari pengalaman awal.
Apabila diperlukanpengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial sosial
agar bahagia,pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Kesamaan latar belakang
Semakin sama latar belakang suami
dan istri maka semakin mudah untuksaling menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga
apabila latar belakang mereka sama, setiap orang dewasa mencari pandang unik
tentang kehidupan. Semakinberbeda pandangan hidup ini, maka semakin sulit
penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan kepentingan bersama
Kepentingan yang sama mengenai
suatu hal yang dapat dilakukan pasangancenderung membawa penyesuaian yang baik
daripada kepentingan bersamayang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
e. Keserupaan nilai
Pasangan yang menyesuaikan diri
dengan baik mempunyai nilai yang lebihserupa daripada mereka yang penyesuaian
dirinya buruk.
f. Konsep peran
Setiap lawan pasangan mempunya
konsep yang pasti mengenai bagaimanaseharusnya peranan seorang suami dan istri,
atau setiap individumengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika harapan
terhadapperan tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian
yang buruk.
g. Perubahan dalam pola hidup
Penyesuaian terhadap pasangannya
berarti mengorganisasikan pola kehidupan,merubah persahabatan dan
kegiatan-kegiatan sosial, serta merubah persyaratanpekerjaan, terutama bagi
seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali
diikuti oleh konflik emosional.
Penyesuaian seksualMasalah penyesuaian utama yang kedua dalam pernikahan
adalahpenyesuaian seksual, masalah ini adalah masalah yang paling sulit
dalampernikahan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran
danketidakbahagiaan dalam pernikahan.Permasalahan biasanya dikarenakanpasangan
belum mempunyai pengalaman yang cukup dan tidak mampumengendalikan emosi
mereka. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhipenyesuaian seksual yaitu :
a. Perilaku terhadap seks
Sikap terhadap seks sangat
dipengaruhi oleh cara pria dan wanita menerimainformasi seks selama masa
anak-anak dan remaja. Jika perilaku yang tidakmenyenangkan dilakukan maka akan
sulit sekali untuk dihilangkan bahkantidak mungkin dihilangkan.
b. Pengalaman seks masa lalu
Cara orang dewasa bereaksi
terhadap masturbasi, petting, dan hubungan suamiistri sebelum menikah,
ketika mereka masih muda dan cara pria dan wanitamerasakan itu sangat
mempengaruhi perilakunya terhadap seks. Apabilapengalaman awal seorang wanita
tidak menyenangkan maka hal ini akanmewarnai sikapnya terhadap seks.
c. Dorongan seksual
Dorongan seksual berkembang lebih
awal pada pria daripada wanita dancenderung tetap demikian, sedang wanita
muncul secara periodik.Denganturun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini
mempengaruhi minat dankenikmatan akan seks, yang kemudian mempengaruhi
penyesuaian seksual.
d. Pengalaman seks marital awal,
sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi,dam pengaruh vasektomi. Penyesuaian
keuanganUang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat
terhadappenyesuaian diri individu dalam pernikahan.Istri yang berusia muda atau
masihremaja cenderung memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola
keuanganuntuk kelangsungan hidup keluarga.Suami juga terkadang mengalami
kesulitandalam menyesuaikan diri dengan keuangan, khususnya jika istrinya
bekerja di luarrumah dan berhenti setelah memiliki anak pertama sehingga
mengurangipendapatan keluarga.
4. Penyesuaian dengan pihak
keluarga pasangan
Setiap individu yang menikah
secara otomatis memperoleh sekelompokkeluarga baru. Mereka itu adalah anggota
keluarga pasangan dengan usia yangberbeda, mulai dari bayi hingga kakek atau
nenek dan terkadang dengan latarbelakang yang berbeda, tingkat pendidikan yang
berbeda, budaya dan latarbelakang sosial yang berbeda. Penyesuaian diri dengan
pihak keluarga pasangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
a. Stereotip tradisional mengenai
ibu mertua
Stereotip yang secara luas
diterima masyarakat ”Ibu mertua yangrepresentatif” dapat menimbulkan perangkat
mental yang tidak menyenangkanbahkan sebelum perkawinan. Stereotip yang tidak
menyenangkan mengenaiorang usia lanjut seperti cenderung ikut campur tangan
dapat masalah bagi
keluarga pasangan. Keinginan
untuk mandiriOrang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan
petunjukdari orang tua mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan,
dankhususnya mereka menolak bantuan dari keluarga pasangan.
c. Keluargaisme
Penyesuaian dan perkawinan akan
lebih pelik apabila salah satu pasangantersebut menggunakan lebih banyak
waktunya terhadap keluarganya daripadamereka sendiri. Apabila pasangan
terpengaruh oleh keluarga, apabilaseseorang anggota keluarga berkunjung dalam
waktu yang lama dan hidup
dengan mereka untuk seterusnya.
d. Mobilitas sosial
Individu dewasa muda yang status
sosialnya meningkat diatas anggotakeluarga atau diatas status keluarga
pasangannya mungkin saja tetapmembawa mereka dalam latar belakangnya.Banyak
orangtua dan anggotakeluarga sering bermusuhan dengan pasangan muda.
e. Anggota keluarga berusia
lanjut
Merawat anggota keluarga berusia
lanjut merupakan faktor yang sangat sulitdalam penyesuaian pekawinan karena
sikap yang tidak menyenangkanterhadap orangtua dan urusan keluarga khususnya
bila dia juga mempunyaianak-anak.
f. Bantuan keuangan untuk
keluarga pasangan
Apabila pasangan muda harus
membantu atau memikul tanggung jawab,bantuan keuangan bagi pihak keluarga
pasangan, hal itu sering membawa hubungan keluarga yang tidak baik.Hal ini
dikarenakan anggota keluargapasangan dibantu keuangannya, menjadi marah dan
tersinggung dengan tujuanagar diperoleh bantuan tersebut.
Kondisi Yang
Menyumbang Kesulitan Dalam Penyesuaian Perkawinan
Hurlock (1999) mengemukakan
beberapa faktor yang dapat menimbulkankesulitan dalam penyesuaian pernikahan.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Persiapan yang terbatas untuk
pernikahan
Penyesuaian seksual saat ini
terlihat lebih mudah dilakukan dibandingkanmasa lalu, dikarenakan banyaknya
informasi namun kebanyakan pasangansuami istri hanya menerima sedikit persiapan
dibidang keterampilan domestik,mengasuh anak, dan manajemen uang.
2. Perubahan peran dan status
sosial menjadi suami atau istri.
Kecenderungan terhadap perubahan
peran dalam perkawinan bagi pria danwanita serta konsep yang berbeda tentang
peran membuat penyesuaian dalampernikahan semakin sulit saat ini dibandingkan
pada masa lalu.
3. Pernikahan dini
Pernikahan dini akan lebih banyak
memerlukan proses penyesuaian dirimasing-masing pasangan karena pada umumnya di
usia ini individu belumterlalu matang dalam hal emosional, ekonomi, dan
seksual.
4. Konsep yang tidak realistis
tentang perkawinan.Orang dewasa yang belajar
perguruan tinggi dengan
pengalaman yang sedikit cenderung memiliki konsepyang tidak realistis mengenai
makna pernikahan dengan pekerjaan,pembelanjaan uang, atau perubahan pola hidup.
5. Pernikahan campuran,
Penikahan yang dilakukan antara
dua adat istiadat yang berbeda.
6. Pacaran yang dipersingkat.
Periode masa pacaran yang singkat
pada masa sekarang dibandingkan masalalu, sehingga pasangan hanya punya sedikit
waktu untuk memecahkan
masalah tentang penyesuaian
sebelum melangsungkan pernikahan.
7. Romantika perkawinan,
Harapan yang berlebihan mengenai
tujuan dan hasil pernikahan seringmembawa kekecewaan yang menambah kesulitan
penyesuaian terhadap tugasdan tanggung jawab pernikahan.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan
Burgess & Locke (1960),
menyatakan bahwa terdapat beberapa faktordasar yang dapat digunakan untuk
mengetahui pernyesuaian pernikahan, yaitu :
1. Karakteristik kepribadian
Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian perkawinan dankarakteristik kepribadian.
Berikut ini 6 karakteristik kepribadian yang dapatmenyebabkan ketidakbahagian
dalam pernikahan yaitu :
a. Individu yang memiliki
kecenderungan pesimis yang lebih besar daripadasikap optimis.
b. Individu yang memiliki
kecenderungan neurotis yang ditampilkan dengan
ciri-ciri peka/sensitif, mudah
marah dan merasa tidak berdaya sertakesepian.
c. Individu yang memiliki
kecenderungan tingkah laku dominan (menguasai)terhadap orang lain (suami/istri)
dan keras kepala.
d. Individu yang selalu mencela
dan tidak memperhatikan orang lain(suami/istri).
e. Individu yang kurang percaya
diri.
f. Individu yang merasa sanggup
memenuhi kebutuhan sendiri yangditunjukkan dengan tingkah laku menyendiri bila
menghadapi masalah,menghindari dan menolak nasehat orang lain.
Apabila antara suami istri tidak
ada rasa saling percaya akan membuatkehidupan pernikahan menjadi tidak bahagia.
Faktor keterbukaan antara suamidan istri cukup penting dalam penyesuaian
pernikahan. Saling terbukamemudahkan proses penyesuaian dalam pernikahan,
sedangkan saling menutupdiri (tidak terbuka) antara suami dan istri cenderung
menyulitkan pernikahan.Jika suami istri menyelesaikan masalah sendiri atau tidak
saling terbukamenyebabkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan emosional satu
sama lain.
2. Latar belakang Budaya
Persamaan latar belakang budaya
antara suami dan istri merupakan halyang baik, sedangkan jika terdapat
perbedaan latar belakang yang cukup besarmaka hal tertentu ini dapat
menyulitkan penyesuaian dalam pernikahan. Suamidan istri dengan latar belakang
budaya yang berbeda akan mengalami kesulitanberkomunikasi.Beberapa penelitian
menunjukkan beberapa hasil diantaranya (1) tingkatbudaya orang tua suami lebih
berpengaruh daripada orang tua istri.Umumnya priaboleh menikahi wanita dengan
kondisi ekonomi dan status sosial lebih rendah.Sedangkan wanita tidak boleh
menikahi pria yang memiliki tingkat ekonomi danstatus sosial lebih rendah
darinya. (2) perbedaan budaya antara suami dan istridiasumsikan akan
mengakibatkan pernikahan yang tidak sukses.
3. Pola Respon
Secara umum keromantisan
dihubungkan dengan adanya salingketertarikan.Hal ini merupakan kebahagian
terbesar dalam pernikahan.Gairahcinta ini tidak dibatasi oleh perbedaan budaya
dan kelas sedangkan gambaranyang membosankan apabila cinta berkembang tanpa
adanya keakraban danpersahabatan.Hal ini tidak tergantung pada kecantikan, daya
tarik seks, atau cirri fisik lain, tetapi pada keserasian, ketertarikan, dan
hubungan yang akrab.
4. Hasrat seks
Data statistik yang didapat
Terman dan Locke dari penelitian yangdilakukan oleh Burgess & Cottrel,
serta beberapa penelitian lain memberikaninformasi bahwa terdapat hubungan
antara perilaku seksual dengan penyesuaianpernikahan. Menurut Walgito (1984)
adanya saling pengertian antara suami danistri terhadap dorongan seks,
pasangannya akan menghindarkan ketidakpuasandalam melakukan hubungan seksual.
sedangkan bila pasangannya memilikidorongan seksual yang tidak seimbang dan
tidak dapat dimengerti oleh keduabelah pihak, hal tersebut akan menimbulkan
persoalan. Sedangkan menurutBurgess dan Locke (1960) faktor psikologis
merupakan faktor yang lebih besarmempengaruhi penyesuaian seksual dalam
perkawinan dibandingkan denganfaktor biologis.
Pola Penyesuaian
Pernikahan
Landis dan landis (dalam
wahyuningsih, 2002) mengemukakan tiga polapenyesuaian pernikahan berdasarkan
cara –cara memecahkan konflik, yaitu :
1. Kompromi (compromise),
yang berarti bahwa dalam memecahkan konflikpasangan, suami istri melakukan
kesepakatan-kesepakatan yang memuaskankedua belah pihak. Suami istri berusaha
untuk menyatukan pendapat melaluikesepakatan sehingga meraih tingkat
penyesuaian yang tinggi yangkemudian menumbuhkan rasa saling percaya dan rasa
aman.
2. Akomodasi (accomodate),
pada pola ini pasangan berada pada posisibertolak belakang, memiliki
karakteristik yang bertolak belakang, tetapimenerima kenyataan bahwa ada
perbedaan. Pasangan suami istri melakukanakomodasi untuk mencapai keseimbangan
dengan mentoleransi tingkah laku
atau hal-hal lain dari
pasangannya yang berbeda dengannya. Selama prosesakomodasi pasangan dapat
melakukan diskusi untuk meraih cara pandangyang menguntungkan kedua belah
pihak.
3. Permusuhan (hostility),
pada pola ini pasangan suami-istri berusaha untuktetap mempertahankan pendapat
masing-masing dengan segala cara.Pasangan sering bertengkar mengenai berbagai
hal yang berbeda. Pasangansuami istri tidak dapat menyelesaikan perbedaan yang
ada dengan cara yang
memuaskan, sehingga pernikahan
diliputi oleh tekanan.
Remaja
Definisi Remaja
Menurut Papalia (2004) remaja
adalah transisi perkembangan antara masakanak-kanak dan masa dewasa yang
meliputi perubahan secara fisik, kognitif, danperubahan sosial.Lahey (2004)
mennyatakan bahwa remaja adalah periode yangdimulai dari munculnya pubertas
sampai pada permulaan masa dewasa.Hurlock (1999), mengemukakan istilah Adolescence
atau remaja yang
berasal dari bahasa latin adolescere
yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadidewasa”. Istilah adolescence,
seperti yang dipergunakan saat ini juga mempunyaiarti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, social, dan fisik.Menurut Piaget (dalam Hurlock,
1999) secara psikologis masa remajaadalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa. Lazimnyamasa remaja dianggap mulai pada saat anak
secara seksual menjadi matang danberakhir sampai ia menjadi matang secara
hukum.Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual.Dalam
definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan social ekonomi,
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :
Remaja adalah suatu masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat
pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksualsekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2. Individu mengalami
perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanakkanakmenjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepadakeadaan yang relatif lebih
mandiri.Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan masa
remajamerupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari
masakanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik,usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telahmengalami
perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebihmandiri.
Pembagian Masa
Remaja
Menurut Monks (2001) batasan usia
remaja adalah antara 12 tahun sampai21 tahun. Monks membagi batasan usia ini
dalam tiga fase, yaitu :
1. Fase remaja awal : usia 12
tahun sampai 15 tahun
2. Fase remaja pertengahan : usia
15 tahun sampai 18 tahun
3. Fase remaja Akhir : usia 18
tahun sampai 21 tahun
Batasan usia remaja untuk
masyarakat Indonesia sendiri adalah antara usia11 tahun sampai usia 24 tahun. Hal
ini dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahunadalah usia dimana pada umumnya
tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak.Batasan usia 24 tahun merupakan batas
maksimal individu yang belum dapatmemenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial
maupun psikologis. Individu
yang sudah menikah dianggap dan
diperlukan sebagai individu dewasa penuhsehingga tidak lagi digolongkan sebagai
remaja (Sarwono, 2003).The UN Convention on The Rights of The Child (CRC) menandakan
bahwausia 18 tahun merupakan usia yang berada diantara masa anak-anak dan masa
dewasa , usia ini merupakan
batasan usia remaja. CRC juga mengatakan bahwaindividu yang berusia
dibawah 18 tahun masih dianggap sebagai usia anak-anakatau remaja. The World
Health Organization (WHO) memiliki batasan yang tidakjauh berbeda. Batasan
usia remaja menurut WHO adalah individu yang berusiapada rentang 10-19
tahun.Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwarata-rata batasan usia remaja berkisar antara 10 tahun sampai 24 tahun,
denganpembagian fase remaja awal berkisar 10-15 tahun, fase remaja tengah
berkisar 16-18 tahun dan fase remaja akhir berkisar 19-24 tahun.
Tugas-Tugas
Perkembangan Remaja
Dalam Hurlock (1999), semua tugas
perkembangan pada masa remajadipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola
perilaku yang kekanak-kanakandan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa
dewasa. Monks (2001)menyebutkan bahwa remaja yang telah menikah maka masa
remaja menjadidiperpendek sehingga tugas-tugas perkembangannya juga
mengalamipenyesuaian. Adapun tugas perkembangan pada masa remaja adalah :
1. Mencapai hubungan baru dan
yang lebih matang dengan teman sebaya baikpria maupun wanita.Remaja mulai
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis dengan tujuan untuk mengetahui lawan
jenis lebih dalam bagaimana harus bergaul denganmereka. Remaja yang menikah
mulai mempelajari hubungan baru denganpasangan dan lebih matang , hubungan
dengan teman sebaya mereka jugasudah mulai terbatasi.
2. Mencapai peran sosial sebagai
pria atau wanita
Remaja putri yang telah menikah
pencapaian peran sosial sebagai wanita yaitumenjadi istri dan ibu yang
baik.Peran sosial ini terbentuk mulai saat kanakkanak,seperti pada wanita
dimana mereka didorong untuk berprilaku feminine sejak mereka masih
kanak-kanak.Peran sosial ini biasanya diakui olehmasyarakat dan diterima oleh
masyarakat.
3. Menerima keadaan fisiknya dan
menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi remaja
untuk menerima keadaan fisiknya bila sejakkanak-kanak mereka telah mengagungkan
konsep mereka tentang penampilansaat dewasa nanti. Remaja yang telah menikah
akan mengalami hal baruberkaitan dengan kondisi fisiknya, seperti ketika mereka
hamil dan melahirkananak.
4. Mencapai kemandirian emosional
dari orang tua dan orang-orang dewasalainnya.
Bagi remaja yang sangat
mendambakan kemandirian, usaha untuk mandirisecara emosional dari orang tua dan
orang-orang dewasa lain merupakan tugasperkembangan yang mudah. Remaja yang
menikah diusia muda diharapkanmencapai kemandirian emosional dari orang tua
walaupun mereka belumcukup siap.
5. Mempersiapkan karier ekonomi
Remaja putri yang menikah di usia
muda menjadi terhambat dalam persiapankarier ekonomi mereka. Mereka kehilangan
kesempatan untuk melanjutkanpendidikan ataupun memperoleh pelatihan
keterampilan lainnya sehinggamenghambat proses persiapan karier ekonomi mereka.
6. Mempersiapkan pernikahan dan
keluarga
Kecenderungan kawin muda
menyebabkan persiapan pernikahan merupakantugas perkembangan yang paling
penting dalam tahun-tahun remaja. Persiapanpernikahan dan keluarga saat ini
hanya sedikit diberikan baik itu dalamkeluarga maupun disekolah dan di
Perguruan tinggi, kurangnya persiapan inimerupakan salah satu penyebab dari “
masalah yang tidak terselesaikan” yangoleh remaja dibawa kedalam masa dewasa.
Remaja putri yang telah menikahbiasanya tidak dapat melanjutkan pendidikan
mereka sehingga persiapanmereka dalam menghadapi dunia pernikahan juga terbatas
(Santrock, 1995).Persiapan yang terbatas itu tidak hanya dari pendidikan saja,
kesiapan yangterbatas dari segi fisik mereka, psikologis, maupun segi
finansial.
Remaja
dan Pernikahan
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Kehidupan perkawinan adalah
kehidupan dari pasangan pria dan wanita yangdisahkan secara hukum dan agama
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia.Untuk menjadi pasangan yang
bahagia, suami-istri harus saling mengenal dan menerimapasangannya, saling
mencintai, saling memiliki komitmen terhadap pasangannya, tetapbersama dalam
senang dan susah, saling membantu dan mendukung, memilikikomunikasi yang lancar
dan terbuka, serta menerima keluarga pasangannya sebagaikeluargannya sendiri.
B. Saran
Remaja dan atau mahasiswa harus mampu
menjalankan tugas perkembangan pada masa remaja yang dipusatkan pada
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan
persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar